PWMU.CO – Antropolog Muhammadiyah asal Jepang, Prof Mitsuo Nakamura Ph D. merayakan Milad ke-105 Muhammadiyah di Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta, Sabtu (18/11/17). Nakamura beserta Istri diterima oleh Direktur Madrasah H Aly Aulia beserta jajaran direksi lainnya.
Nakamura baru saja mendapatkan penghargaan “Muhamadiyah Award” dari Ketua Umum PP Muhammadiyah Dr Haedar Nashir, Jumat (17/11/17), atas dedikasinya terhadap Persyarikatan.
Selain Nakamura, penghargaan juga diberika ada Sri Sultan Hamengku Buwono Xdan (Alm) H. Roemani.
Dalam pidatonya di Muallimin, Nakamura menjelaskan alasan awal menjadikan Yogyakarta, khususnya Kota Gede, sebagai obyek penelitiannya. “Karena Kota Gede sangat bersejarah. Induk Kasultanan Solo dan Yogyakarta. Saya datang untuk meneliti sosial budaya masyarakat: sejarah, ekonomi, dan sebagainya,” jelas dia.
Ia menyampaikan, tujuan awalnya meneliti di Indonesia tahun 1970 memang bukan Muhammadiyah. Tapi dalam perjalanannya, Nakamura menemukan kebiasaan orang Indonesia yang suka korupsi, seperti yang ia lihat di bandara. “Citra orang Indonesia tidak dapat dipercaya,” ungkapnya.
Sampai saya, lanjutnya, bertemu dengan sejumlah orang yang jujur, bekerja keras, disiplin, menepati janji, tepat waktu, serta berdaya dalam masalah keuangan. “Dan itu adalah orang-orang Muhamadiyah Kota Gede,” ungkapnya.
Kekagumannya terhadap watak orang Muhammadiyah membuat dia berfikir ulang. “Di situ, saya mengganti topik penelitian menjadi Muhammadiyah,” jelas dia yang menyimpulkan gerakan Muhammadiyah dalam bidang pendidikan, kesehatan, serta kesejahteraan menjadi tiang pokok untuk kemajuan.
Nakamura juga mengapresiasi pemilihan tema tahunini. “Pemberian anugerah terkait semboyan ‘Muhammadiyah Merekat Kebersamaan’ untuk memajukan perdamaian dunia, mengatasi konflik di dalam negeri, meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Saya rasa sangat berarti,” ujaranya.
Terkait tema tersebut, ia berharap agar “Tidak hanya dimensi domestik. Tapi juga dimensi Internasional.”
Terakhir, ia berpesan kepada santri Mu’allimin untuk memahami bahasa Arab sebagai alat memahami inti agama. “Kemudian Bahasa Inggris sebagai medium komunikasi di dunia. Belajar sungguh-sungguh!” pesnnya.
Usai mengikuti upacara, Nakamura kemudian diajak berkeliling dan berfoto bersama warga Madrasah Mua’llimin Muhammadiyah Yogyakarta. (Ulin)