Prof Din Syamsuddin
(Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah 2005-2010 dan 2010-2015)
Saya mengenal ustadz Mu’ammal sejak saya masih menjabat Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah. Pikiran-pikiran keagamaannya saya ikuti melalui ceramah, dan buku-bukunya, termasuk lewat MATAN.
Seorang ulama yang punya komitmen pada prinsip, sesuai dalil-dalil keagamaan yang diketahuinya. Tapi juga terbuka, rasional, dan berani. Salah satu ijtihadnya, mengenai jamak shalat dalam pembukaan muktamar ke-45 di Malang.
Ketika itu, acara pembukaan malam hari. Sementara muktamirin sudah berdatangan di stadion sejak sebelum maghrib. Beliau menyerukan muktamirin jamak ta’khir. Saya tahu ada yang setuju dan tidak, karena terkesan menggampangkan urusan agama. Tapi setelah saya tanya alasannya, jawabannya sangat meyakinkan.
(Baca: Setahun Perginya Ulama Bersahaja Tempat Bertanya, kemudian Terantuk di Dewan Kembali ke Persyarikatan, serta Penulis Produktif dan Moderat)
(Baca juga: “Memanfaatkan” Ustadz Mu’ammal dan Bayangan Sampai Kenyataan)
Ketulusan dan komitmennya untuk tetap aktif di organisasi dalam usia tua, patut dikagumi. Sebagai senior, dengan pengetahuan keagamaan yang lebih luas daripada anggota PWM lainnya, beliau selalu bersikap ikhlas, legowo. Dipimpin oleh yunior pun enjoy aja.
Beberapa peristiwa menarik selama mengenal beliau. Pertama, ketika saya terpilih pada muktamar Malang, saya ucapkan inna lillah… karena saya anggap amanah itu musibah. Tapi ustadz menegur saya: tidak perlu inna lillah. Karena amanah itu anugerah, harus diterima dengan syukur.
Selanjutnya halaman 02….