Kedua, waktu kajian Ramadhan PWM Jatim, saya salah baca hadits tentang kejujuran. Saya ditegur. Ketika saya bertahan, beliau mengingatkan lagi. Ternyata setelah saya teliti, hafalan beliau yang benar.
Ketiga, saat beliau jadi anggota DPR, pernah ke kantor saya di Binapenta. Selaku Dirjen, saya dititipi pesan agar para TKW/TKI diberi bekal keagamaan.
Beliau kuat bertahan pada pandangan prinsip keagamaan, tapi cukup terbuka, dan tidak ngotot. Sebuah pelajaran bagi generasi muda. Atas nama pribadi dan pimpinan pusat mengucapkan belasungkawa yang mendalam, semoga amalnya diterima Allah SWT.
(Baca: Setahun Perginya Ulama Bersahaja Tempat Bertanya, kemudian Terantuk di Dewan Kembali ke Persyarikatan, serta Penulis Produktif dan Moderat)
(Baca juga: “Memanfaatkan” Ustadz Mu’ammal dan Bayangan Sampai Kenyataan)
Prof Fasichul Lisan (Ketua PWM Jatim 2000-2005)
Ustadz sudah saya kenal lama, karena orang tua saya di Bangil. Waktu itu, beliau merupakan orang langka, lulusan luar negeri yang aktif berdakwah. Juga jadi idola anak muda, karena fatwa-fatwanya tegas.
Perkenalan lebih mendalam ketika sama-sama di PWM. Saya banyak belajar terkait agama. Dalam sebuah perjalanan, beliau mengaku bagian bersih-bersih makanan di rumah. Alasannya, makanan tidak boleh terbuang, harus dihabiskan supaya tidak mubadzir.
Saya terkesan dengan apa yang dikemukakan soal mubadzir, dan saya teladani. “Dulu, kalau di rumah ada makanan tidak habis, saya bagian pembersihan, pokoknya piring harus bersih.
Saya banyak terbantu dalam memimpin dan mendakwahkan Islam pada masyarakat. Terutama waktu PWM dapat ujian tahun 2001, beliau menguatkan saya agar sabar menghadapi cobaan dari saudara-saudara kita itu.
Selanjutnya halaman 03….