PWMU.CO-Persyarikatan Muhammadiyah secara tegas menyatakan Indonesia sebagai Darul Ahdi wa Syahadah artinya negara yang dibentuk atas dasar perjanjian dan kesaksian. Pernyataan itu sudah final tak dapat ditawar lagi. Kalau ada yang meragukan keindonesiaan Muhammadiyah, dia perlu membuka buku sejarah lagi.
Hal itu disampaikan Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Surabaya Dr Mahsun Jayadi pada ceramah Pembinaan Guru dan Karyawan Pra Pegawai Tetap SD Muhammadiyah 4 Pucang, Senin (4/12/2017).
Dia menjelaskan, bukti Muhammadiyah terlibat dalam perjanjian membentuk Indonesia adalah terlibatnya Ki Bagus Hadikusuma, tokoh Muhammadiyah yang juga teman muda KH Ahmad Dahlan. Peran Ki Bagus inilah yang menjadikan sila pertama Pancasila menjadi Ketuhanan Yang Maha Esa. “Beliau yang mengusulkan dalam pembentukan negara dulu. Maka jelas, Muhammadiyah juga pemilik sah negara Indonesia ini,” tegasnya.
Baca juga : Dasar Kids Jaman Now, Pimpinan Muhammadiyah pun Ditanya Akun Instagram
Wakil Rektor II Universitas Muhammadiyah Surabaya itu lebih jauh membeberkan, Muhammadiyah kini menghadapi tantangan dakwah yang berbeda dengan masal lalu. Katanya, Muhammadiyah bisa berpolitik tanpa harus menjadi partai politik. “Jadi kita bermuhammadiyah harus dinamis,” katanya.
Mahsun mengisahkan, KH Ahmad Dahlan dulu mendirikan Muhammadiyah dengan tiga semangat. Yaitu melawan kesengsaraan umat di Kauman agar sehat tanpa biaya, menyantuni yang membutuhkan, dan mengentas kebodohan dan kemiskinan. “Itulah ciri khas Muhamamdiyah,” katanya.
Dikatakan, secara teori Muhammadiyah memiliki tiga karakter utama, yaitu Muhammadiyah sebagai gerakan Islam, Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah, dan Muhammadiyah sebagai gerakan tajdid. Purifikasi atau pemurnian di bidang akidah dan ibadah muamalah memang lahan garapnya Muhammadiyah. “Makanya Muhammadiyah sangat peka pada penyimpangan-penyimpangan tiga karakter itu,” jelasnya.
Penyimpangan dalam ibadah disebut syirik. Syirik setiap zaman selalu berkembang, kemasannya yang berbeda-beda meski isinya sama. Di zaman Rasulullah syirik melawan berhala dan semacamnya. “Di zaman kita sekarang ini menghadapi tantangan syirik yang membutuhkan dakwah dengan kemasan yang beda,” saran dia.
Di akhir ceramahnya, Mahsun mengapresiasi langkah Kepala SD Mudipat Edy Susanto MPd untuk memuhammadiyahkan guru dan karyawan. Langkah itu baik dan merupakan keharusan, sebab sekolah ini didirikan dengan semangat memurnikan ajaran Islam yang sebenar-benarnya.
“Para guru dan karyawan jadilah teladan yang baik, pelajarilah Muhammadiyah karena gampang menjadi Muhamamdiyah. Satu dua bulan langsung sudah jadi muhammadiyah,” katanya.
Muhammadiyah amat terbuka, kalau masuk ke Muhammadiyah ia berharap semua dapat berkontribusi dan memberi warna yang elegan. Kalau pun keluar dari Muhamamdiyah, Muhammadiyah tidak akan memenggal kepala siapa pun. “Itulah baiknya Muhamamdiyah,” pungkasnya.
Selama dua hari, 5-6 Desember 2017, guru dan karyawan SD Mudipat digembleng dengan berbagai materi, mulai komitmen bermuhammadiyah oleh Sholihin MPSDM, membangun branding personal oleh Mulyana MPSi, etos kerja guru karyawan Mudipat oleh Edy Susanto MPd, dan komitmen kepegawaian oleh M. Syaikhul Islam MHI dan Marsudidono SSi. (mul)