PWMU.CO – Terkejut. Itulah yang dialami Ketua Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Gresik Dodik Priambada saat berkunjung ke SD Muhammadiyah Manyar (SDMM), Selasa (5/12/17).
Pasalnya, di sekolah favorit yang berada di Jalan Amuntai GKB Gresik itu, dia menemukan sesuatu yang tak lazim, yakni tidak adanya ruang khusus untuk guru. Di sekolah lain, umumnya ada ruang khusus tempat berkumpulnya guru-guru untuk beristirahat atau sekadar mengerjakan administrasi sekolah usai mengajar.
Dodik yang ditemani anggotanya Mohammad Nurfatoni, hari itu datang ke SDMM sebagai juri Lomba Lingkungan Sekolah Muhammadiyah Sehat (LLSMS) yang diadakan Majelis Dikdasmen, yang didukung Majelis Lingkungan Hidup PDM Gresik dan IMM.
Saat hendak menilai ruang kantor, keduanya terkejut sebab tidak menemukan ruang guru. Ruang kantor hanya untuk kepala sekolah, 4 koordinator, serta bagian administrasi dan keuangan.
“Di mana guru-guru berkantor?” tanya Dodik penasaran. Keterkejutan itu langsung dijawab oleh Kepala SDMM Ahmad Faizun, yang ikut menyambut kedua juri itu, full team bersama 4 koordinator.
Dia menjelaskan SDMM mempunyai pandangan yang berbeda dengan sekolah lain pada umumnya, terkait ruang guru.
“Tidak ada ruang guru bukan berarti kami tidak bisa menyediakannya. Di sini guru-guru tetap harus di ruang kelas masing-masing,” jelasnya.
Ustadz Faiz—begitu biasa disapa—menjelaskan alasannya. Menurutnya, guru tidak hanya mengajar, namun juga mendidik. “Inilah yang berusaha kami maksimalkan untuk dapat diwujudkan. Dengan adanya guru di kelas, dapat lebih mengakrabkan hubungan antara guru dan siswa. Sehingga muatan-muatan positif serta teladan lebih mudah masuk ke siswa,” jelasnya.
Dia menambahkan, pendampingan yang optimal ke siswa sangat penting, tidak hanya ketika jam pelajaran namun juga momen istirahat siswa.
Karena itu, menurutnya, tradisi ‘guru tanpa ruang guru’ yang sudah berlangsung sebelum kepemimpinannya itu tetap dipertahankan.
“Meski begitu, kami fasilitasi sebaik mungkin kebutuhan guru di ruang kelas, termasuk komputer, sambungan internet, dan ruang AC,” jelas dia.
Untuk bersosialisasi dengan guru lain, kata Ustadz Faiz, masih banyak forum atau kesempatan. “Seperti shalat berjamaah di masjid, makan siang di kantin, dan pertemuan-pertemuan khusus lainnya,” ungkanya.
Mendengar penjalasan itu, Dodik manggut-manggut tanda setuju. “Bagus ide ini. Inspiratif,” ucapnya singkat.
Ia pun bersama timnya, termasuk dua mahasiswa IMM yang ikut support kegiatan ini menyempatkan untuk melihat beberapa kelas.
Dodik, sepertinya, ingin membuktikan bahwa guru-guru justru kerasan di kelas masing-masing bersama para murid. (Ria Pusvita Sari)