PWMU.CO– Belajar ilmu tajwid itu sunnah, sedangkan membaca al-Quran wajib dengan ilmu tajwid. Lalu bagaimana mau baca pakai ilmu tajwid jika tidak mempelajarinya?
Taman Pendidikan Al-Quran (TPA) KH Ahmad Dahlan Mudipat membuktikannya. Seperti hari lainnya, pagi ini santri duduk di antara bangku biru panjang yang berderet di atas lantai masjid, Rabu (13/12/2017).
Tiap siswa memegang buku hijau bertuliskan “Tajwid”. Namun, bukan seperti umumnya yang berisi tentang hukum nun sukun dan tanwin, mim sukun, lam ta’rif, dan seterusnya. Melainkan potongan ayat al-Quran.
Buku yang diproduksi oleh Tim Tajdid Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jatim ini sungguh menarik. Tidak mengajarkan ilmu yang bertele-tele, namun hanya mengenalkan hukum tajwid melalui tanda baca pada tiap ayat.
“Inilah enaknya pakai buku ini, tak perlu susah-susah menghafal rumus tajwid,” ungkap Laila Fitria salah satu trainer Tajdid yang juga guru TPA Ahmad Dahlan.
Sementara Misbachul Munir, salah satu perumus buku tajwid menjelaskan tentang kemudahan belajar tajwid ala Muhammadiyah ini.
“Untuk membedakan idzhar dan idgham misalnya, tak perlu menghafal huruf dan cara membacanya. Karena huruf yang bersukun pasti idzhar dan yang tak bersukun pasti idgham,” terangnya.
Munir menambahkan bahwa dalam buku tajwid ini hukum idgham pun tak dibagi menjadi beberapa bagian seperti idgham bighunnah, bila ghunnah, idgham, dst. “Idgham ya idgham saja, idgham ‘tok’,” jelasnya.
Metode yang mengadopsi al-Quran Usmani ini menjadi rujukan sekolah Muhammadiyah se-Jatim. Agar lebih mudah dan menyenangkan, Tim Tajdid mengganti ketukan dengan tepukan yang bervariasi. Sehingga bukan hanya kognisi, namun juga melibatkan psikomotor santri. (Erfin Walida)