PWMU.CO – Tidak ada yang bisa memaksa menulis kecuali dirinya sendiri. Hal tersebut disampaikan oleh redaktur PWMU.CO Mohammad Nurfatoni dalam “Aisyiyah Writing Camp” di Taman Dolan Kota Batu, Senian (18/12/17) siang. Kegiatan ini diikuti oleh guru TK ABA se-Kecamatan Klojen Kota Malang.
Banyaknya teori menulis tidak menjamin seseorang bisa menulis. Menurut Fatoni—panggilan akrabnya— satu satu teori yang bagus adalah dengan “paksaan”. “Jadi, kalau mau menulis, ya menulislah,” ucapnya sambil mengulang tiga kali. “Rumus menulis, cuma tiga: satu menulis, dua menulis, dan tiga menulis.”
Agar pemaksaan menulsi itu lancar, maka penulis harus punya banyak inspirasi. Fatoni mengatakan ada tiga hal yang bisa dijadikan inspirasi untuk menulis yang baik. Pertama dengan memperbanyak bacaan sehingga bisa memperkaya bahasa.
Kedua, perjalanan. “Dengan perjalanan yang dilakukan akan bisa menghasilkan tulisan yang menarik,” ujar Fatoni yang tulisan perjalanannya di China dan saat di Tanah Suci sudah dimuat di laman resmi Muhamamdiyah Jatim PWMU.CO.
Ketiga, interaksi dengan lingkungan sosial. GM Cakrawala Print itu menjelaskan, “Berinteraksi dengan banyak orang bisa menjadi bahan tulisan human interest yang menarik.”
Bahkan, lanjutnya, pengalaman pribadi bisa jadi sumber tulisan yang tak kalah menarik. Ia mencontohkan model tulisan curhat, yang ternyata banyak disukai, termasuk oleh pembaca PWMU.CO. “Asal jangan curhat yang privasi,” candanya.
Sementara itu nara sumber lainnya, Ahmad Faizin Karimi, mengatakan pentingnya menulis dengan menggunakan emosi. Tulusan yang tidak ada unsur emosionya maka akan garing dan tidak menarik untuk dibaca.” jelasnya. Menurutnya, semakin dalam emosi penulis maka semakin emosional pembacanya.
“Emosi bukan berarti harus marah. Perasaan duka yang sangat, bahkan yang disertai tangisan, akan membuat pembaca ikut menangis,” ungkap Faizin—panggilan akrabnya—yang sehari-hari intens menggeluti dunia literasi melalui lembaga training Inspirasi dan penerbit Caremedia Communication. (Uzlifah)