PWMU.CO-Konflik di Timur Tengah lebih didominasi kepentingan Barat, terutama Amerika Serikat, yang ingin menguasai sumber-sumber ekonomi di wilayah itu. Pertikaian itu makin runcing karena melibatkan tiga agama warganya yakni Islam, Yahudi, dan Kristen.
Hal itu disampaikan oleh dosen Pasca Sarjana IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Dr Ibnu Burda MA dan pakar keislaman dari Singapura Prof Dr Dhulkifli Zaman Khan. Pendapat keduanya itu disampaikan dalam Refleksi Akhir Tahun: Dinamika Politik di Dunia Arab dan Implikasinya bagi Islam Indonesia. Acara digelar oleh Pusat Studi Islam dan Filsafat (PSIF) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) di Aula Masjid AR Fachruddin UMM, Senin (18/12/2017).
Keributan terbaru tentang Jerusalem yang oleh Presiden Donald Trump diakui sebagai ibukota Israel, menurut Burda, juga tak lepas dari kepentingan Amerika Serikat mencari sekutu di kawasan itu untuk memperkuat kepentingan politik dan ekonomi. ”Kalau pun ada isu agama sebenarnya itu tidak terlalu dominan,” ujar Burda yang ahli Timur Tengah dan Dunia Islam.
Karena itu, menurut dia, reaksi dunia terhadap pernyataan Donald Trump terlalu berlebihan jika digeneralisir dengan isu agama, terutama di Indonesia. Untuk menyelesaikan konflik ini, sambung dia, Indonesia harus berperan.
Berita terkait : Menyikapi Konflik Timur Tengah Jangan Generalis tapi Proporsional
”Kita dorong presiden kita menjadi ketua OKI. Hal ini untuk memudahkan Indonesia berperan di tingkat internasional untuk menyikapi persoalan-persoalan yang berkaitan dengan dunia Islam,” paparnya.
Hal senada dikatakan Prof Dr Dhulkifli Zaman Khan. Menurutnya, Indonesia harus turut campur dalam urusan dunia Arab, terutama Palestina dan Israel karena negara ini punya kepentingan di sana. “Konflik Timur Tengah sangat berdampak pada Indonesia karena sebagian investasi di Indonesia adalah bagian dari mereka,” jelasnya.
(Berita terkait: Kenapa Israel yang Kecil Bisa Menguasai Dunia? Inilah Jawabannya)
Pilihan terbaik, sambung dia, tidak berperang sebab perang menguntungkan pedagang senjata. Menurut dia, dukung mendukung di antara negara konflik harus menggunakan akal sehat dan cerdas. Tidak asal demo di jalanan yang ternyata berdampak terhadap situasi internal Indonesia yang ikut panas.
Dhulkifl mengungkapkan di balik konflik ada hikmah. Reaksi warga muslim yang militan dan keras terhadap perlakuan tak adil di Barat ternyata membuat warga Amerika Serikat penasaran terhadap Islam dan memperlajarinya. ”Beberapa di antaranya akhirnya masuk Islam,” katanya. (izzudin)