PWMU.CO-Selama Rihlah Dakwah di Kapuas Kalimantan Tengah, tim Lembaga Dakwah Khusus (LDK) didampingi sesepuh Muhammadiyah Kapuas Ustadz Komarudin yang juga wakil ketua PDM dan Ustadz Sukasmin, dai yang bertugas di Kapuas.
Berikut laporan kontributor Faozan Amar yang mengikuti perjalanan dakwah di daerah terpencil Kalimantan ini.
Tim LDK PP Muhammadiyah diajak napak tilas perjalanan Muhammadiyah dengan berkunjung ke Cabang Muhammadiyah Kapuas Hilir. Tepatnya di Desa Anjar Mambulau.
Menuju ke sana menyeberangi sungai Kapuas menumpang perahu. Itu jalur trasportasi termudah di daerah sini.
Cabang Muhammadiyah Kapuas Hilir di Desa Anjar Mambulau berdiri sejak 1926. Pengurus cabang ini dilantik oleh Buya Hamka tahun 1929.
Di cabang tersebut telah berdiri SD Muhammadiyah Plus dan masjid yang sangat bagus terletak di pinggir sungai Kapuas.
Di atas perahu klotok, dengan bangga Ustadz Komarudin menunjukkan buku 70 Tahun Buya Hamka yang sampul depanya telah hilang.
Dalam buku tersebut terdapat foto saat Buya Hamka berkunjung ke Muhammadiyah Kapuas tahun 1926.
Saya bertanya kenapa perkembangan Muhammadiyah di Kapuas kurang pesat, padahal sudah berdiri sebelum Indonesia merdeka. Dengan lirih Ustadz Komarudin menjawab,”Kurangnya regenerasi dan kaderisasi,” ujarnya dengan mimik muka sedih.
“Karena itu, saya senang ketika LDK mengirimkan dai ke Kapuas, agar bisa mengembangkan Muhammadiyah,” ujarnya menambahkan.
Turun dari perahu, di darat disambung naik sepeda motor. Perjalanan selanjutnya berkunjung ke Panti Asuhan dan Masjid Mujahidin Muhammadiyah Kapuas Timur. Masjid ini berdiri dengan megah di jalan utama trans Kalimantan.
Masjid dan panti tersebut dibangun oleh H. Aulia Nabhan, pengusaha asal Kalteng yang berdomisili di Surabaya. Daerah tersebut hanya berjarak 15 Km dari Banjarmasin, Kalimantan Selatan.
“Ada 30 anak yatim piatu yang tinggal di panti asuhan ini,” kata Haryadi, pengasuh panti menjelaskan saat menerima kami.
“Panti ini telah menyelamatkan seorang anak yang akan dijual oleh orangtuanya akibat kemiskinan yang dialaminya. Alhamdulillah anak tersebut sekarang sudah betah tinggal di sini,” katanya.
“Tantangan dakwah Muhammadiyah di Kapuas dahulu berasal dari dalam, yakni mandeknya kaderisasi dan tiadanya kantor PDM,” kata ustadz Sukisman, dai asal Lampung Tengah yang dikirim oleh LDK.
Kekurangan itu secara bertahap diatasi oleh pengurus dibantu dai-dai yang dikirim dari Jawa oleh LDK.
Alhamdulillah sekarang PDM sudah mempunyai kantor. “Selama hampir setahun saya bertugas di Kapuas, kaderisasi IPM, IMM, NA dan Pemuda Muhammadiyah sekarang sudah jalan kembali,” ujar Sukisman, alumnus Pondok Shobron UMS ini menambahkan.
Hal ini dibenarkan oleh Fuad, Ketua PD Pemuda Muhammadiyah Kapuas yang telah tinggal selama tujuh tahun.
Menurutnya, di samping kaderisasi yang mandek juga pengurusnya kurang giat. “Akibatnya Muhammadiyah seperti jalan di tempat. Padahal dana ada dan aset tanah juga banyak,” ujar alumnus UIN Malang yang berasal dari Bojonegoro.
Pengiriman dai ke daerah pedalaman Kalimantan menjadi sangat penting dilaksanakan untuk memberi bimbingan dan ghirah dakwah. Potensi dana dan aset yang ada dapat dikelola untuk meluaskan semangat berislam. (#)