PWMU.CO – Sudah nonton Ayat-ayat Cinta 2 (A2C2)? Ada banyak hal yang bisa dipelajari dari film yang sedang tren ini.
Sepuluh tahun setelah diputarnya Ayat-ayat Cinta 1 (A2C1), animo masyarakat begitu besar dalam menyambut kelanjutan film berlabel ‘islami’ itu.
Mahfudz Efendi, penikmat film asal Gresik, berkesempatan menyampaikan perasaannya usai menonton A2C2, Senin (25/12/17) di Tunjungan XXI Surabaya.
“Film A2C2 kali ini hampir 80 persen mempunyai karakter yang berbeda. Fahri tetap diperankan oleh Fedi Nuril and his acting so good (dan aktingnya sungguh bagus). Aisha kali ini bukan diperankan Riyanti Cartwright melainkan oleh Dewi Sandra,” tuturnya Jumat (29/12/17).
Mahfud—panggilan akrabnya—menyebutkan peran tambahan yang baru adalah Hulusi yang diperankan Pandji P, Hulya oleh Tatjanan Saphira, Keira oleh Chelsea Islan, Misbah oleh Arie K. Untung, Nenek Chatarina oleh Ade Irawan, dan Brenda oleh Nur Fazura.
“Sutradaranya pun berganti ke Guntur Soeharjanto, sebelumnya Hanung Bramantyo. Dan yang saya suka, kali ini Kang Abik turut mengawasi pembuatan film ini,” ujar Mahfud.
Menurut Mahfud, suasana konflik di Palestina yang menjadi pembuka film adalah satu hal unik yang didapat. Aisha yang saat itu berada di daerah yang sedang dibombardir oleh Israel, sempat mengejutkan penonton dan menciptakan suasana tegang di awal film.
“Sedangkan kehidupan Fahri yang sekarang sudah menjadi profesor di Universitas Edinburgh, menggambarkan kondisi yang begitu sempurna, banyak harta, rumah mewah, usaha lancar, teman-teman baik, otak cerdas, dan dikagumi banyak wanita,” ungkapnya.
Pria asal Giri Kebomas Gresik ini menceritakan puncak konflik dalam film A2C2 adalah hubungan Fahri dengan wanita-wanita di sekitarnya. Fahri berusaha setia dengan Aisha yang kondisinya tidak diketahui. Di sisi lain, wanita-wanita itu terus berada di sekeliling Fahri.
“Terus setia atau melupakan masa lalu. Cerita yang ditambahi bumbu-bumbu rasisme, konflik Palestina-Israel, dan hubungan antarmanusia,” ucap Mahfud.
Sebagai penikmat A2C1 dan A2C2 baik novel maupun filmnya, Mahfud melihat 5 kelebihan dari A2C2.
“Pertama, film ini berani mengangkat isu Palestina–Israel yang sesuai keadaan sekarang. Hal ini menurut saya cukup berani karena Production House (PH) yang memproduksi film ini adalah PH terkenal. Jarang-jarang ada PH yang mau menampilkan konflik dunia Islam dengan begitu gamblang,” paparnya.
“Bagi Mas Guntur ini adalah film keduanya yang mengangkat isu Palestina setelah film Jilbab Traveler Love Sparks in Korea. Sementara Fahri menggambarkan muslim yang sangat toleransi terhadap agama apapun. Bahkan ada adegan Fahri menyebutkan ‘Bukan Yahudinya yang kita benci, tetapi gerakan Zionisnya.’ Itu bagi saya keren,” sambung dia.
Ketua Pimpinan Daerah Ikatan Remaja Muhammadiyah (PD IRM) Kabupaten Gresik periode 2000-2002 ini menambahkan kelebihan kedua adalah sinematografi yang ciamik.
“Entah kenapa kalau Mas Guntur yang jadi sutradara, saya selalu terhibur dengan gambar-gambar yang ada di filmnya. Pengambilan gambarnya indah dan suasananya asyik banget. Mas Guntur berhasil menggambarkan Kota Edinburgh yang klasik, indah, dan nyaman. Seorang teman yang dulu pernah kuliah di Inggris sampai baper saat menonton film ini, pengen kembali ke Edinburgh,” imbuhnya.
Ketiga, menurut Mahfud, akting yang keren yaitu Fedi Nuril, yang hampir setiap scene sedih dia mengeluarkan air mata secara alami.
“Sebagai perbandingan yang disebut istimewa menurut saya adalah akting Laudya Cintya Bella di Film Surga Yang Tak Dirindukan. Akting mencuri perhatian justru datang dari Nur Fazura yang kali ini bukan Nora Danish lagi yang berperan. Aktor asal negeri jiran yang walaupun kebagian peran kecil tapi bagi saya sangat memorable. Bahkan Milene Fernandez berbicara bahasa Inggris dengan menggunakan dialek British yang menambah totalitas akting,” jelasnya.
Kepala Urusan (Kaur) Kurikulum SD Muhammadiyah Giri (Muri) ini menjelaskan kelebihan keempat adalah jalan cerita lancar dan mengalir.
“Nonton film A2C2 kali ini, saya bener-bener gak pengen selesai. Seperti membaca buku yang difilmkan. Cerita mengalir lancar dan menarik. Tidak banyak adegan-adegan yang menurut saya tidak perlu. Sampai di akhir cerita pun terus mengalir dan lancar tanpa hambatan. Walaupun ada beberapa adegan yang menurut saya ‘ilogical’ tapi untuk penonton umum mungkin masih bisa diterima,” tegas Mahfud.
Terakhir, dia mengucapkan film ini sarat hikmah. Tidak perlu diragukan lagi, Kang Abik, penulisnya adalah lulusan Al Azhar Mesir.
“Adegan sarat makna yang paling saya suka adalah saat Fahri sudah hampir putus asa dan meminta nasehat kepada Misbah di pelataran masjid. Juga saat seorang imam yang bacaannya salah, diperbaiki oleh Fahri dan Imam itu tidak marah melainkan berterima kasih, padahal itu Imam Besar. Hal ini semakin menggambarkan bahwa Islam itu indah,” paparnya.
Kepada PWMU.CO, Mahfud juga menyebutkan 4 kelemahan film A2C2 ini.
“Pertama, the perfect Fahri. Tokoh Fahri bagi saya terlalu sempurna dan hanya akan ada di kehidupan novel saja. Sudah ganteng, pinter, dan kaya pula. Setiap hal yang dilakukan Fahri pasti baik. Selain itu Fahri juga setia. Dia masih susah beranjak dari Aisha yang entah masih hidup atau sudah tiada. Maka tak heran ketika Fahri meminang Hulya, tidak banyak penonton yang memermasalahkan poligami ini. Padahal kalau karakter Fahri digambarkan jahat dan kejam, sudah pasti langsung kena perundungan. He he,” tuturnya sambil tertawa.
Sebagai penonton yang kritis, ayah satu anak ini menjelaskan kelemahan kedua yaitu beberapa jalan cerita yang dipaksakan.
“Misal ketika Sabina menjadi asisten rumah tangga di rumah Fahri, masa iya, Fahri tidak mengenali kalau itu Aisha? Masak sih Fahri tak mengenali mata istrinya hanya karena istrinya sudah menjadi buruk rupa?” tanya Mahfud.
Bagi Mahfud, proses face off Aisha yang cepat sekali juga tak mungkin. Mahfud merasa Aisha tak perlu cantik dulu agar cocok dengan Fahri.
“Yang ketiga, musik yang megah penuh Diva tetapi forgettable. Untuk sountrack film kali ini, pihak PH sampai meminta 4 Diva yaitu Raissa, Krisdayanti, Rossa, dan Isyana Saraswati. Tapi menurut saya lagunya belum ada yang makjleb,” ujarnya.
Mahfud berpendapat musik ini berbeda saat A2C1 yang hanya diisi Rossa dan Sherina, lagu-lagunya sampai sekarang masih terngiang jelas.
“Terakhir, ada adegan yang gak banget yaitu adegan usai Fahri dan Hulya shalat sunah bersama. Bagi saya itu langsung ngerusak isi film. Pentingnya apa dan apa perlu digambarkan seperti itu? Apalagi ini film Islami, loh! Banyak orang tua yang mengajak anak-anaknya menonton juga menambah ke-enggak banget-an adegan ini,” ungkapnya.
“Hal yang paling layak untuk dicintai adalah cinta itu sendiri dan hal yang paling layak dibenci adalah kebencian itu sendiri,” Fahri, mengutip Syaikh Said Nursi.
Selamat menonton! (TS)