PWMU.CO – Hobi terkadang mengalahkan segalanya. Apalagi jika kegemaran itu melekat hingga usia lanjut.
Seperti yang dialami M Sulaiman Teguh (75), yang memiliki hobi membaca sejak remaja hingga sekarang. Bahkan hobinya bisa disebut kelas berat.
Hari-hari Ketua Pimpinan Cabang Muhammadiyah Kredanan, Blora, Jawa Tengah periode 2000-2005 ini tak pernah lepas dari bacaan. Tak hanya buku. Majalah dan koran pun dia lahap.
Abdullah Imaduddin, anaknya yang kini menjadi guru Bahasa Inggris SMP Islam Terpadu (SMPIT) Alam Nurul Islam Yogyakarta mengaku bangga dengan kegemaran bapaknya itu.
“Ya jelas bangga, sekaligus bisa mengurangi penyakit kepikunan,” tutur putra ketiga M Sulaiman Teguh ini.
Dihubungi via WhatsApp, Jumat (29/12/17), alumni Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) ini menyampaikan Mbah Leman—panggilan akrab M Sulaiman Teguh—tidak pikun meski lanjut usia.
“Kalo otak dipakai membaca secara otomatis dia akan terasah untuk mengingat. Mbah Leman ingatan sejarahnya lebih kuat daripada saya, dia lebih benar menjelaskan panjang lebar tentang sejarah Mataram,” ujarnya. “Sampai detail tokoh-tokohnya.”
Menurut Udin, meski tinggal jauh dari pusat kota, tepatnya di Desa Mojorembun, Kecamatan Kradenan Menden, Kabupaten Blora, Mbah Leman selalu update buku-buku baru.
“Yang paling heroik ya beli buku Ensiklopedi Muhammadiyah. Pada waktu itu beliau dan Mas Yoto, menantu pertamanya, keliling toko buku di Jogja. Akhirnya ketemu bukunya di PWM Jogja. Pas ketemu bukunya, ealah uangnya kurang,” ungkapnya.
Udin melanjutkan, akhirnya setelah ditawar dengan kalimat, “Beliau ini luar biasa kecintaannya pada Muhammadiyah, Pak. Kader sejati yang luar biasa dedikasinya. Sampai setua ini masih rela bersusah payah mencari sumber informasi Muhammadiyah yang berharga. Tentu kalo bukan cinta mati impossible mau mencari buku ini sedemikian gigihnya,” akhirnya, buku tersebut bisa dibawa pulang.
Sementara itu, Dosen Program Studi (Prodi) Sosiologi Universitas Negeri Surabaya (Unesa) Moh Mudzakkir mengaku suka baca karena melihat tradisi keluarga sejak kecil.
“Ya tiap hari lihat Pak’e, Mas’e, Buk’e mbaca, jadi ya ikutan mbaca juga. Dulu ibuk langganan Suara Aisyiyah juga,” ucapnya.
Putra terakhir Mbah Leman ini menceritakan setiap bulan Mbah Leman selalu ke Cepu untuk beli buku dengan uang pensiunannya sebagai guru SMP Negeri 1 Kradenan Menden.
“Pernah saat usia 70 tahun itu naik motor sendiri ke Cepu untuk beli buku. Padahal jarak Mojorembun-Cepu itu 25 km. Karena sudah sepuh, jadi kurang awas sampai terserempet dan jatuh,” imbuhnya.
Mudzakkir menyebutkan bacaan Mbah Leman tak kalah keren. Di antaranya Suara Muhammadiyah, Suara Aisyiyah, Panji Masyarakat, Hidayatullah, Jaya Baya, ESQ-nya Ary Ginanjar Agustian, Tafsir Ibnu Katsir, Riyadhus Shalihin, Ensiklopedi Muhammadiyah, Quran Suci Jawa Jawi, dan Tafsir Al Azhar Buya Hamka.
Mudzakkir menceritakan, jika kehabisan bahan bacaan, maka Mbah Leman kebingungan. Resah. Seperti pecandu narkoba yang tak lagi dapat pasokan. “Jadi seperti sakau gitu,” jelasnya.
“Beberapa waktu yang lalu saat TVMU muncul, bapak bingung minta beli parabola agar bisa menyaksikan meski di desa,” ungkapnya pada PWMU.CO, Jumat (29/12/17).
Mbah Leman sendiri berkomentar singkat saat ditanya PWMU.CO, Rabu, (27/12/17) tentang hobi membaca kelas beratnya itu, “Ya buat bahan khutbah. Biar nggak ketinggalan info di kota.”
Ayo, semangat iqra’-nya jangan sampai kalah dengan yang tua! (Ria Eka Lestari)