PWMU.CO– Di hadapan tim lapangan pendirian SD Laboratorium Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) Edy Susanto MPd, kepala SD Muhammadiyah 4 (Mudipat) Pucang Surabaya memberi tips untuk menjadi sekolah bermutu, Selasa (09/01/2018).
Hal tersebut disampaikan Edy, sapaan akrabnya saat tim yang dipimpin oleh Mukhlasin MPdI ini berkunjung ke SD teladan nasional ini.
Bertempat di ruang Meeting Room SD Mudipat Mukhlasin mengutarakan maksud kedatangannya ke sekolah para juara ini. Selain bersilaturahmi juga untuk ‘ngangsu kaweruh’ tentang manajemen Mudipat, kurikulum, sumber daya insani, sarana prasarana, dan keuangan.
Baca: https://www.pwmu.co/46433/2017/12/kalahkan-tim-smp-sma-robotika-mudipat-raih-emas-di-thailand/
“Kami berlima memang tim lapangan (Umsida) untuk mengetahui perkembangan sekolah-sekolah di lapangan,” tuturnya.
Lebih lanjut, Mukhlasin menggambarkan latar belakang keinginannya untuk mempelajari manajemen di SD Mudipat karena terbukti menjadi barometer sekolah bermutu di Indonesia.
“kami ingin belajar manajemen sekolah agar bermutu itu bagaimana, Bapak? Harapannya sekolah kami nanti akan menjadi sekolah percontohan dan harapan bagi warga Sidoarjo,” paparnya.
Edy menyampaikan rasa senang, hormat, dan bangga atas kunjungan lima dosen Umsida tersebut. Kepala SD Berprestasi Kota Surabaya 2017 itu kemudian membeberkan berbagai hal terkait tentang bagaimana menjadi sekolah bermutu.
Pria berkumis itu menjelaskan, bahwa sekolah bermutu harus tegas memiliki jenis kelamin sedari awal. Misalnya, apakah sekolah bukan inklusi (normal) atau sekolah inklusi (anak berkebutuhan khusus)?
“Itu dulu harus tegas dan jelas, jangan awu-awu,” katanya.
Kemudian menurut Edy sekolah harus punya nilai pembeda dengan sekolah lain atau deferensiasi.
Baca juga: https://www.pwmu.co/46981/2017/12/m-four-mudipat-juara-setelah-sukses-tekuk-saf-bandung/
“Kalau sekolah yang didirikan sama saja dengan sekolah lain, lalu apa hebatanya?” tambah Edy.
“Selain itu sekolah harus dinamis dan penuh inovasi. Kita kalau hanya puas dengan capaian hari ini, menganggap murid banyak sudah hebat, maka itulah kegagalan kita,” pungkas pria asli Nganjuk itu. (mul)