PWMU.CO – Pemantapan keislaman dan kemuhammadiyahan terus dilakukan Majelis Tabligh Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kabupaten Gresik. Salah satunya melalui Pengajian Ahad Pagi (7/1/18) di Gedung Dakwah Muhammadiyah Gresik (GDMG).
H Muhammad Jazir, nara sumber pengajian, menyampaikan cita-cita Muhammadiyah sangat tinggi yaitu meraih surga (jannatun naim). “Karena itu, untuk dapat meraihnya diperlukan orang atau kader yang ikhlas berjuang untuk mengerakkan organisasi yang besar seperti Muhammadiyah,” tuturnya.
Penasehat Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta ini berpendapat tidak berlebihan bila Bung Karno, sang Proklamator bangsa ini memuji pendiri persyarikatan terbesar kedua di Indonesia.
“Ketika memberi gelar Pahlawan pada KH Ahmad Dahlan, Bung Karno berkata KH Ahmad Dahlan adalah seorang yang sepi ing pamrih rame ing gawe (tidak mengharapkan pamrih, giat dan bersungguh-sungguh dalam bekerja),” ujarnya.
Dalam kesempatan itu, Ustadz Jazir—panggilan akrabnya—menceritakan Panglima Besar Jenderal Sudirman juga kader Muhammadiyah yang ikhlas berjuang.
“Ketika masih berusia 27 tahun, dia sudah menjadi Panglima TNI atau BKR dan masih berpangkat Kolonel. Baru ketika menginjak usia 28 tahun, dia diangkat menjadi Jenderal,” ucapnya.
BACA: Sabda Nabi tentang Tanah, Batu, dan Pohon-Pohon yang Beristighfar
Dia melanjutkan, ketika memimpin perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia, secara fisik Jenderal Sudirman sedang sakit. “Namun, semua itu tidak menghalanginya untuk terus berjuang. Dia memimpin perjuangan dengan strategi bergerilya. Masuk keluar hutan, dari perkampungan satu ke perkampungan lain,” ungkap Ustadz Jazir.
Ketua Dewan Syuro Takmir Masjid Jogokariyan Yogyakarta itu menceritakan Jenderal Sudirman terus memotivasi anak buahnya bahwa perjuangan ini adalah untuk rakyat dan bangsa Indonesia.
“Cukuplah pemimpin yang menderita,” tegasnya menirukan pesan Jenderal Sudirman. Selain itu, Ustadz Jazir juga mengingatkan perjuangan sekolah Muhammadiyah di Pulau Belitung.
“Sekolah Dasar Muhammadiyah yang hampir ditutup karena kekurangan murid. Siswanya kurang dari 10. Sekolah yang pada tahun 2008 lalu diceritakan dalam bentuk film dengan mengambil judul Laskar Pelangi dan sempat meledak di pasaran ini punya seorang guru yang bernama Pak Harfan. Guru sekaligus Kepala sekolah yang ketika ditawari sekolah baru dengan gaji yang lebih tinggi, hanya menjawab, saya di Muhammadiyah dididik untuk memberi, bukan menerima,” tegasnya.
Oleh karena itu, dia menasehati, untuk bisa melahirkan kader atau generasi yang berkualitas, pelajaran akhirat harus diutamakan. “Jangan memprioritaskan pelajaran dunia. Karena itu sama saja dengan mengajari katak berenang. Tanpa diajari, anak akan mengejar dunianya sendiri,” pesannya.
Salam generasi Muhammadiyah berkualitas! (Zaidun/TS)