PWMU.CO – Seperti pejabat saja. “Baru kali ini saya disambut semeriah ini ketika jadi juri.”
Itulah ungkapan perasaan Wardikin saat bersama PWMU.CO berkunjung ke Madrasah Tsanawiyah Muhammadiyah 3 Ujungpangkah, Gresik, sebagai juri Lomba Lingkungan Sekolah Muhammadiyah Sehat (LLSMS), Rabu (10/1/18) lalu.
Bagaimana tidak? Begitu mobil kami 100 meter mendekati madrasah, suara musik drumband bergemuruh. Sekitar 50-an siswa berseragam batik sekolah memainkan lagu Mars Sang Surya.
Sebelumnya, mantan Kepala SMAM 1 Gresik ini sempat ragu, benarkah tampilan drumband itu dalam rangka menyambut juri. “Semula saya bertanya-tanya. Ini latihan atau sedang menyambut kami?” tanyanya. Maka, mobil pun kami belokkan ke halaman sekolah, menyibak barisan para pemain drumband.
Ketika bertemu Kepala MTsM 3 Ujungpangkah di halaman sekolah, keraguan Wardikin baru terjawab. “Anak-anak itu memang sedang menyambut juri LLMSM Pak,” ujar Hj Dra Binti Masruroh MSi MPd, sang kepala sekolah.
Lucu. Setelah berbasa-basi sebentar, kami pun diminta untuk keluar lagi dari halaman sekolah. Kami harus balik kucing, berjalan hingga ke ujung luar barisan drumband dan berhenti sejenak. Lagu Ilir-ilur pun mengalun. Protokoler selanjutnya: kami harus berjalan pelan-pelan menuju sekolah sambil menikmati musik iringan drumband.
Usai disambut di jalan, Gita Samuga–nama grup drumband MTsM 3 Ujungpangkah—-masuk ke halaman sekolah. Mereka diminta kepala sekolah memainkan kembali beberapa lagu di hadapan kami, seperti Leyeh-Leyeh. Bahkan Bu Binti—-panggilan akrab kepala sekolah—menyilakan kami request lagu.
Menurtunya, drumband adalah salah satu eskul (ekstrakulikuler) andalan sekolahnya. Sebab masyarakat sekitar sangat suka adanya drumband, sehingga menyekolahkan anaknya di sekolah yang memiliki eskul itu.
Sayangnya, kata Binti, ada tokoh setempat yang mengharamkan drumband. Larangan itu pernah dituruti Binti, “Tapi, tidak adanya drumband berdampak pada turunnya jumlah siswa,” ungkapnya saat menerima kami di ruangnya.
Nah, kini ia nekat. Meski ada yang mengharamkannya, MTsM 3 Ujungpangkah mencoba membangkitkan lagi Gita Samuga. “Kan di Tarjih tidak diharamkan,” Binti beralasan. Apalagi, tambahnya, di acara-acara Muhammadiyah skala nasional, drumband menjadi salah satu aktraksi kebanggaan.
Bagi madrasah yang berlokasi satu kompleks dengan SMA Muhammadiyah 9 Ujungpangkah ini, drumband termasuk salah satu penyumbang prestasi sekolah.
Beberapa kali piala juara berhasil digondol, seperti Juara III Drumband SMP/MTs Elektrik dalam Gresik Marching Parade 2017 atau Juara II Gitapati dan Juara III Kostum Klasemen SD/SMP/SMA dalam Al Ikhlas Street Marching Open Festival tahun 2013.
Ditemui usai menyambut juri, Laili Fajriyani Sidqia, sang gitapati mengaku senang menjadi bagian dari drumband madrasah.
“Saya merasa sangat senang sekolah di sini dan bisa mengikuti ekstrakulikuler drumband,” ungkapnya. Meski kadang merasa capek namun kebersamaan membuatnya senang. “Terkadang setelah latihan drumband ada kebersamaan lain seperti berenang, rujakan, dan sebagainya,” ujar pelajar teladan di sekolahnya itu.
Sekretaris Umum Pimpinan Ranting IPM MTsM 3 Ujungpangkah ini menjelaskan kegiatan drumband yang diikuti 54 siswa melakukan latihan tiap Jumat bakda Dhuhur sampai pukul 15.30 WIB.
Sementara itu Badrussalam, pelatih drumband menuturkan pembelajaran drumband bersifat otodidak. “Namun materi tetap ada untuk pengenalan kunci dan not balok. Segala bentuk bunyi seperti ketukan sangat diperlukan, sehingga kekompakan dan ketepatan tim selalu didapatkan,” urainya.
Menurutnya, kunci dari drumband ini ada pada piano. “Jadi ada latihan khusus untuk piano yaitu hari Rabu-Kamis. Nah, hari Jumat latihan secara komplit,” terangnya.
Badrussalam, yang juga TU madrasah itu, bangga pada anak-didiknya, karena drumbandnya sering ditanggap. “Biasanya jika ada yang mengundang, anak-anak juga mendapat reward berupa uang untuk penyemangat mereka,” tuturnya tanpa menyebut nominal.
Selamat ya telah membuat juri seperti pejabat. Sebagaimana Bu Binti yang juga membuat kejutan dengan hidangan makan besar, dengan aneka menu khas pesisir, seperti lobster dan kepiting. Ha-ha-ha! (Nurfatoni/Tsalitsah)