Keempat, istri pun akan senang dan gembira karena telah dapat mewujudkan kebaktian pengabdian, pengorbanan kepada sang suami yang sangat dicintainya. Dilayaninya suaminya dengan baik, bukan karena mengharapkan dibelikan gelang dan kalung. Diaturnya rumah tangganya, sehingga menjadi bersih, rapih, teratur, harmonis, bukan untuk mendapatkan pujian dan sanjungan suaminya, melainkan karena menyadari perintah Rasulullah saw bahwa istri mempunyai kewajiban, mempunyai tugas untuk menjaga, mengatur, memelihara rumah tangga suaminya.
Kelima, kedua-duanya menyadari bahwa fungsi pelindung, pengayom, penanggung, penjamin, pengrengkuh, tidaklah lebih tinggi atau lebih luhur dari pada fungsi berbakti, setia, menyerah dari masing-masing suami dan istri.
(Baca: 4 Pesan Pak AR untuk Calon Pengantin)
Kedua-duanya menyadari bahwa perbedaan fungsi, kedudukan dan kewajibannya masing-masing itu, disebabkan oleh berbeda-bedanya atau berlainannya khilqah kejadiannya, fisik, jasmani juga ruhaninya masing-masing. Mereka yang beriman tidaklah akan saling iri, saling dengki, saling hasud, bahkan bertambah kagum atas kekuasaan dan keagungan Allah, hingga mendorong bertambah syukurnya kepada Allah.
(Baca juga: Duet Suami-Istri Pimpin Muhammadiyah-Aisyiyah serta Aktivis Bersaudara yang Pimpin Muhammadiyah)
Sedang kalau ada kesulitan-kesulitan yang melanda, maka kedua-duanya pun sama-sama mendekatkan diri ke hadirat Allah, mengadu, mengaduh, meratap kepada Allah dengan sepenuh keyakinannya, akan pastinya datangnya pertolongan dan penyelesaian dari Allah Swt tanpa ragu-ragu.
Demikianlah rumah tangga bahagia yang dibina oleh suami istri Pemuda-Pemudi kalangan keluarga Muhammadiyah yang bertaqwa kepada Allah sebagai bekalnya, sebab mematuhi perintah Allah. “Berbekallah kamu, sesungguhnya sebaik-baik bekal itu adalah bertaqwa kepada Allah Swt.”
(Catatan ini sudah disesuaikan dengan ejaan baru dari buku “Anggauta Muhammadijah”, (Jogjakarta: Pimpinan Pusat Muhammadijah, tanpa tahun), halaman 12-13)