Pilar pertama juga berkaitan dengan para kader dan warga Persyarikatan yang selama ini telah berkarya sebagai entreprenur. Kepada kader ini, Persyarikatan melalui Majelis Ekonomi perlu memiliki program untuk memacu pertumbuhan bisnis mereka. Program ini harus mampu memacu kinerja para entrepreneur kader Persyarikatan, baik yang sedang merintis maupun sudah mapan. Terus mengembangkan usaha tanpa henti.
Kepada entreprenur yang sedang merintis, Majelis Ekonomi bisa memfasilitasi hubungan mereka dengan para seniornya untuk proses pembelajaran dan pertumbuhan. Mengupayakan sinergi bagi mereka untuk menangkap peluang pasar yang lebih besar. Bahkan perlu ada program yang bisa membantu mereka mendapatkan akses finansial untuk pengembangan usaha.
Kepada entrprepreneur yang sudah mapan, Persyarikatan perlu program untuk memberikan lingkungan kondusif. Lingkungan yang mampu mendorong mereka untuk tetap fokus dalam mengembangkan bisnis hingga berkelas nasional dan kemudian global.
Pada tingkat ini, ekspansi bukan semata-mata untuk mencari uang. Kebutuhan finansial mereka sudah terpenuhi. Maka, diperlukan motifasi pertumbuhan yang lebih berbasis nilai-nilai aqidah untuk lebih bermanfaat bagi sesama. Keahlian yang telah terbukti dalam mengelola bisnis perlu terus menerus dikembangkan untuk memperbesar perusahaan.
Persyarikatan harus memperhatikan bahwa pada level seperti ini, para entreprenur rawan untuk tergoda aktivitas lain yang mengganggu fokus bisnis. Politik adalah yang sangat potensial mejadi penggoda. Menggiurkan.
Namun harus disadari bahwa dengan aktif berpolitik, keahlian bisnis yang telah dipelajari bertahun-tahun akan sia sia. Potensi untuk menumbuhkan bisnis menjadi perusahaan berkelas nasional dan bahkan global akan terpasung. Jika ini terjadi, jangan kecewa bila satu demi satu ekonomi bangsa ini jatuh ke tangan perusahaan dan orang asing.
Untuk pilar kedua, tantangannya adalah konsolidasi potensi ekonomi yang masih berserakan. Intinya, bila selama ini kekuatan ekonomi yang ada masih berdiri sendiri-sendiri dengan skala kecil, dibutuhkan program untuk mensinergikan kekuatan yang ada melalui merger atau strategi lain. Tujuannya adalah untuk menjadikannya sebagai sebuah istitusi bisnis besar dengan brand yang dikenal luas masyarakat.
Unit bisnis keuangan mikro yang pada umumnya berbentuk koperasi memiliki potensi sangat tinggi untuk disinergikan. Persyarikatan dapat mengambil inspirasi dari pengalaman Rabo Bank, bank berkelas dunia dengan nilai aset sekitar Rp 9000 Triliun (Bandingkan dengan total aset seluruh bank di negeri ini yang belum jauh dari angka Rp 2000 Triliun).
Bank asal Belanda ini pada mulanya adalah dua koperasi. The Coöperatieve Centrale Raiffeisen-Bank in utrecht dan the Coöperatieve Centrale Boerenleenbank in Eindhoven. Keduanya berdiri tahun 1989. Dengan kesadaran akan perlunya sinergi untuk daya saing global, pada tahun 1972 keduanya bergabung (merger) menjadi Rabo Bank. Nama Rabo diambil dari nama depan keduanya (Raiffesesen dan Boerenleenbank). Kini, Rabo Bank beroperasi pada 46 negara di dunia, salah satunya Indonesia, dengan lebih dari 60 ribu karyawan.
Untuk pilar kedua ini, PWM Jawa Timur misalnya juga telah memiliki sebuah badan usaha yang telah beroperasi dengan kinerja menyenangkan. Sebagai rintisan, perseroan terbatas milik PWM Jawa Timur ini memanfaatkan sekolah-sekolah dalam naungan Majelis Dikdasmen sebagai captive market. Produknya antara lain adalah buku pelajaran dan seragam sekolah.
Pembaca yang budiman, perkembangan terkini dari dua pilar ekonomi di atas telah memberikan bukti awal. Setidaknya, ini memberikan rasa percaya diri yang cukup. Selanjutnya, dibutuhkan kerja keras untuk mencapainya. Agar para pengusaha kader Persyarikatan merasa ringan untuk makin banyak lagi L 1 MH dalam bentuk lain.
Agar misi dakwah yang mulia juga terbungkus dengan kemasan mulia. Dai yang kelas menteri bahkan presiden. Agar BTM-BTM berkembang seperti Rabo Bank. Agar Persyarikatan berkontribusi besar dalam membangun masyarakat sejahtera dunia akhirat. Anda harus berperan. Saya juga. Teladani kisah L 1 MH. Ayo!
(Pernah dimuat dalam buku 1 Abad Muhammadiyah: Memberi dan Mencerahkan, Surabaya: Hikmah Press: 2009, halaman 143-146)