PWMU.CO – Tangis Ketua Umum Pimpinan Pusat Aisyiyah Siti Noordjannah Djohantini Jumat (19/1/18) malam, di arena Tanwir I Aisyiyah di At Tauhid Tower UMSurabaya, membuat suasana Sidang Pleno VIII hening.
Ketika menyinggung soal kader, Noerjannah tidak kuasa menahan air mata. Sambil meneteskan air mata dia mengatakan, “Kita harus resah bila tidak menemui kader. Tapi kita sangat bersyukur mempunyai Ibu Chamamah Soeratno yang selalu merangkul kader. Meski tidak menjadi pimpinan beliau masih terus mendampingi kita di setiap gerakan,” ujar Noordjannah.
Dia pun menIngatkan pesan Pak AR Fachruddin yang tidak boleh menduakan Muhammadiyah.
Dia juga menegaskan, organisasi akan dinamis bila pimpinannya dinamis. Dan itu harus dimulai dari tingkat grassroot. “Ini adalah Tanwir Zaman Now. Hasil dari Tanwir ini harus direalisasikan di daerah masing-masing” pesannya.
Di bagian lain, Noordjannah merasa sangat prihatin dengan kondisi bangsa dan negara ini.
Karena itu dia mengingatkan kembali apa yang telah dia disampaikan pada saat pra dan pembukaan Tanwir, tentang banyaknya tantangan gerakan, mulai dari kesenjangan, kemiskinan, dan korupsi yang menggurita.
Noordjannah juga prihatin atas liberalisasi dan pragmatisme politik juga yang terjadi saat ini.
Keheningan sidang pleno mendadak berubah riuh saat Noordjannah mengungkapkan apa yang sering dia hadapi ketika bertemu wartawan.
“Tahun ini kita sudah masuk tahun politik. Selalu ada wartawan yang bertanya, ‘Apa Aisyiyah sudah ada calon?’ Maka kita harus menjawab, ‘Sudah tapi belum lapor.’,” ungkapnya yang disambut gerr hadirin.
Menurutnya, Tanwir kali ini Asiyiyah sudah harus berfikir untuk menyiapkan kader-kader sebagai kader umat dan bangsa.
“Tidak hanya di tahun 2018 saja, akan tetapi juga harus segera menyiapkan di pemilu legislatif dan pilpres,” sambung istri Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir itu.
“Saya berharap hal tersebut tidak hanya dijawab tapi harus betul-betul dipersiapkan” tegasnya. (Uzlifah)
Discussion about this post