PWMU.CO – Mahasiswa Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya, kembali menciptakan produk inovatif. Setelah berhasil membuat konsep Masjid High Technology, kini lima mahasiswa UMSurabaya berhasil membuat obat anti-nyamuk elektrik dari kulit durian. Hasil karya mereka dipamerkan pada publik, Rabu (20/4/2016) di Laboratorium Analis Gedung G lantai 3, Kampus Sutorejo, Surabaya.
(Baca juga: Kegelisahan atas Ringtone HP Berbuah Karya Inovatif)
Dari tangan 5 mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan ini, limbah kulit durian yang biasanya dibuang begitu saja, ternyata dapat dimanfaatkan menjadi obat pengusir nyamuk penyebab Demam Berdarah Dengue (DBD). Kulit durian itu berhasil mereka ubah jadi obat pengusir nyamuk elektrik.
Lihabi, salah satu mahasiswa, menjelaskan bahwa proses pembuatan dimulai dengan destilasi (metode kimiawi pemisahan campuran) untuk membuat ekstrak dari kulit durian. Hasil destilasi, diambil minyak atsiri-nya.
Minyak atsiri, yang populer disebut essential oil (minyak essen), karena bersifat khas sebagai pemberi aroma tersebut, jelas Lihabi, kemudian dimasukkan dalam alat elektrik cair. Alat elektrik siap dinyalakan dan akhirnya dapat berfungsi sebagai pengusir nyamuk DBD, sekaligus sebagai alat penerangan.
“Alat ini bisa diletakkan di kamar atau meja belajar. Bisa juga untuk lampion multifungsi: untuk penerangan dan sekaligus pengusir nyamuk,” ujar Lihabi Mahasiswa D3 Analis Fakultas Ilmu Kesehatan. Inovasi tersebut untuk mengusir nyamuk, tanpa menyebabkan gangguan pada fungsi pernafasan.
Selain kulit durian, lima mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan UMSurabaya itu juga memanfaatkan buah pinang sebagai lotion dan tetes air pembunuh jentik nyamuk Aedes aegypti.
Lihabi, mengatakan temuan ini merupakan hal baru karena memanfaatkan bahan-bahan alami yang selama ini hanya jadi sampah dan dibuang begitu saja. ”Dengan konsep back to nature UMSurabaya berkeinginan untuk memerangi DBD, sekaligus menjawab kegelisahan pemkot Kota Surabaya mengenai tingginya angka DBD di Kota Surabaya,” ujarnya.
Uji coba yang dilakukan Muhammad Islam, Rafiqi Bey, Lihabi, Cintya Pratyeka R, dan Holisatun Nisa ini, sudah berlangsung selama kurang lebih 6 bulan. Dimulai dari pembuatan ekstraknya sampai dengan melakukan uji coba.
Siti Mardiyah SST MSi, dosen pembimbing mereka, mengatakan bahwa hingga kini masyarakat masih banyak menggunakan bahan kimia untuk mengusir nyamuk. ”Nah, inovasi ini dilakukan dengan memanfaatkan bahan alami, sehingga fungsinya lebih efektif dan penggunaannya tidak berbahaya bagi kulit,” ujarnya.
Rektor UMSurabaya Dr dr Sukadiono mengapresiasi temuan- temuan baru yang dihasilkan oleh mahasiswa FK UMSurabaya. Sukadiono berharap temuan ini dapat bermanfaat bagi masyarakat dan mudah diaplikasikan. “Saya mendukung dan memfasilitasi mahasiswa untuk terus berinovasi dan menghasilkan produk–produk sesuai dengan teagline kampus UMSurabaya, Kampus Sejuta Inovasi,” ujarnya. (DEDE/AAN/MN)