• Home
  • Kabar
  • Kajian
  • Kolom
  • Feature
  • Musafir
  • Khutbah
  • Canda
  • Ngaji Hadits
  • Kajian Ramadhan
  • Index
  • Mediamu
Kamis, Juli 7, 2022
  • Login
  • Home
  • Kabar
  • Kajian
  • Kolom
  • Feature
  • Musafir
  • Khutbah
  • Canda
  • Ngaji Hadits
  • Kajian Ramadhan
  • Index
  • Mediamu
No Result
View All Result
PWMU.CO | Portal Berkemajuan
  • Home
  • Kabar
  • Kajian
  • Kolom
  • Feature
  • Musafir
  • Khutbah
  • Canda
  • Ngaji Hadits
  • Kajian Ramadhan
  • Index
  • Mediamu
No Result
View All Result
PWMU.CO | Portal Berkemajuan
No Result
View All Result

Nilai-Nilai Pancasila Hanya Diajarkan, Minim Keteladanan

Selasa 23 Januari 2018 | 09:40
3 min read
21
SHARES
65
VIEWS
ADVERTISEMENT
Para panelis Kolokium Pancasila. (Istimewa/PWMU.CO)

PWMU.CO – Lunturnya nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan masyarakat disebabkan tak adanya keteladanan para pemimpin bangsa. Pancasila cenderung hanya diajarkan, minim keteladanan.

Demikian pendapat yang berkembang dalam Kolokium Pancasila bertajuk Refleksi Awal Tahun: Pancasila sebagai Living Values yang diselenggarakan
Pusat Studi Agama dan Multikulturalisme Universitas Muhammadiyah Malang (PusamUMM) di Ruang Sidang Senat UMM, Senin (22/1/18).

Acara yang digelar bekerjasama dengan The Asia Foundation (TAF) ini dihadiri sekitar 150 peserta yang berasal dari mahasiswa, dosen, dan aktivis sosial.

Direktur Riset Pusam UMM Nafi’ Muthohirin mengatakan, cara merespons terhadap berbagai isu sosial-politik dan keagamaan yang dibarengi dengan narasi kebencian, bahkan yang berujung pada tindak persekusi belakangan ini, diakibatkan oleh hilangnya modal sosial yang sebelumnya melekat dalam diri bangsa ini.

Modal sosial sebagai bangsa Timur itu, kata Nafi’ seperti toleransi, ramah, terbuka, jujur, adil, suka menolong, musyawarah atau dialog dan rendah hati.

“Semua modal sosial tersebut termuat dalam sila Pancasila. Masalahnya, bangsa ini seperti tercerabut dari akarnya (Pancasila) sehingga yang tampak hari ini kita sering membaca berita kekerasan, intoleransi, atau tindak persekusi oleh ormas yang menggunakan simbol agama. Tentu saja, fakta ini membuat implementasi Pancasila menjadi mundur,” jelas Nafi’.

Sementara Deputi Bidang Advokasi Unit Kerja Presiden-Pembinaan Ideologi Pancasila (UKP-PIP) Prof Dr Hariyono MPd menjelaskan, salah satu faktor yang mendorong tidak terimplementasinya nilai-nilai Pancasila sekarang ini karena kurangnya keteladanan dari elit pemimpin negeri ini. Seperti merebaknya tindakan korupsi oleh pejabat dan para elit negeri.

Sebab itu, kata Hariyono, untuk mengembalikan nilai-nilai Pancasila menjadi kokoh dan implementatif, maka cermin keteladanan harus bergeser kepada komunitas, mahasiswa atau individu yang memiliki prestasi.

“Keteladanan yang berasal dari komunitas atau individu berprestasi justru akan menginspirasi banyak orang, khususnya generasi milenial supaya bisa berbuat yang sama untuk bangsa ini. Nah, salah satu wujud implementasi Pancasila adalah dengan membuat prestasi,” urai Hariyono, yang juga mantan Wakil Rektor I Universitas Negeri Malang (UNM).

Direktur Program HAM dan Pengembangan di The Asia Foundation (TAF) Budhy Munawar-Rachman menjelaskan, kita perlu mengakui bahwa kesadaran untuk kembali menumbuhkan nilai-nilai Pancasila itu kini hidup kembali.

Sebelumnya, tepatnya pasca Orde Baru jatuh, Pancasila menjadi ideologi yang tidak hidup karena hanya diajarkan, tapi tidak ada keteladanan.

Menurut Budhy, nilai-nilai Pancasila tidak cukup bila hanya diajarkan, melainkan juga perlu diuswahkan setiap hari. Tidak juga bisa diajarkan dalam sehari langsung jadi. “Sebab itu, pembelajaran Pancasila perlu dilakukan dengan cara-cara baru. Tema-tema tentang demokrasi, HAM, pluralisme itu diajarkan di dalam kelas, bahkan sampai 18 jam. Sayangnya banyak guru agama di sekolah mengajarkan Islam dan Pancasila sebagai sebuah kajian yang selalu berhadap-hadapan,” jelasnya.

Mereka, tambah Budhy tidak melihat bahwa dasar ideologi Pancasila itu menggabungkan keduanya, karena keduanya adalah alam Indonesia.

“Di dalam menghidupkan Pancasila, semua nilai intelijensia harus dilibatkan. Semua emosi masuk, seperti musik, gerak, dan teori keilmuan,” ujarnya.

Menurut Budhy, yang hilang dari pendidikan kita adalah: Mengajarkan bagaimana mengetahui (learning how to know), mengajarkan bagaimanan melakukan (learning how to do), mengajarkan bagaimana untuk menjadi atau terlibat (learning how to be) dan mengajarkan bagaimana hidup dengan orang yang berbeda ras, agama, etnis dan lainnya (learning how to live together with other).

Dengan mengutip pendapat Yudi Latif, Budhy mengatakan, paradoks Pancasila hari ini adalah pengajarannya yang terkesan verbalis. “Hanya diajarkan, tanpa ada keteladanan,” ucap dia.

Kaitannya dengan hubungan antaragama, dia menyampaikan, relijius sejati sekarang ini harus inter-relijius, bahwa agama lain ada di dalam tempat kita.

Sedangkan Eko Armada Riyanto memaparkan sejarah terbentuknya Pancasila. “Cara kita untuk memahami bangsa adalah dengan memahami riset sejarah termasuk sejarah Pancasila. Sikap diskriminatif yang sering terjadi saat ini dapat mencoreng narasi Pancasila itu sendiri,” ujarnya.

Menurut dia, ekslusifisme bukan hanya bertentangan dengan Pancasila, tetapi juga bertentangan dengan kodrat dari bangsa. “Kita sekarang tidak lagi membahas dan memermaslahkan lagi tentang ideologi, yang harus dipermasalahkan ialah bagaimana menentukan program yang terbaik bagi bangsa,” tuturnya. (NM)

Tags: PancasilaPusam HAM UMM
SendShare8Tweet5Share

Related Posts

Piagam Jakarta Sumber Pancasila

Rabu 22 Juni 2022 | 09:07
5.3k

M Rizal Fadillah Piagam Jakarta Sumber Pancasila oleh M Rizal Fadillah, Pemerhati Politik dan Kebangsaan....

Bukti Pancasila Sudah Dipraktikkan di Pesantren

Jumat 3 Juni 2022 | 22:48
34

Qais Zauqi menyampaikan amanah pada upacara peringatan Hari Lahir Pancasila. Bukti Pancasila Sudah Dipraktikkan di...

Cha Guan Sekul

Senin 25 April 2022 | 13:39
98

Daniel Mohammad Rosyid Cha Guan Sekul oleh Daniel Mohammad Rosyid, guru besar ITS dan Ketua...

Keakraban yang Hilang karena Buzzer

Jumat 26 November 2021 | 07:57
227

Daniel Mohammad Rosyid Keakraban yang Hilang karena Buzzer oleh Daniel Mohammad Rosyid, Guru Besar ITS...

Mendompleng Hari Pahlawan

Minggu 7 November 2021 | 18:36
183

Daniel Mohammad Rosyid Mendompleng Hari Pahlawan oleh Daniel Mohammad Rosyid, Guru Besar ITS dan Ketua...

Merebut Tafsir Pancasila Diluncurkan Dosen UMM

Selasa 26 Oktober 2021 | 11:08
612

Nurbani Yusuf bersama buku Merebut Tafsir Pancasila. PWMU.CO- Merebut Tafsir Pancasila buku baru yang diluncurkan...

Rindu Adil di Pancasila Kita

Jumat 3 September 2021 | 09:56
237

M. Anwar Djaelani: Rindu Adil di Pancasila Kita (Sketsa foto Atho' Khoironi/PWMU.CO) Rindu Adil di...

Amandemen UUD Sisakan Masalah

Senin 30 Agustus 2021 | 16:59
336

Haedar Nashir dalam pidato kebangsaan disiarkan TVMu. PWMU.CO- Amandemen UUD 1945 menyisakan masalah yang menjadikan...

Haedar Nashir: NKRI Jangan Ditarik ke Kanan dan ke Kiri

Senin 30 Agustus 2021 | 15:02
1.2k

Pidato kebangsaan Muhammadiyah oleh Haedar Nashir. PWMU.CO- Haedar Nashir menyatakan, NKRI jangan ditarik ke kanan...

Pancasila, Piagam Jakarta, dan Piagam Madinah

Rabu 18 Agustus 2021 | 09:11
306

Prima Mari Kristanto penulis Pancasila, Piagam Jakarta, dan Piagam Madinah Pancasila, Piagam Jakarta, dan Piagam...

Discussion about this post

Populer Hari Ini

  • Inilah Lokasi Shalat Idul Adha Sabtu 9 Juli 2022 di Kota Surabaya

    11012 shares
    Share 4405 Tweet 2753
  • Hukum Puasa Arafah Ikut Arab Saudi, Shalat Idul Adha Ikut Indonesia

    3486 shares
    Share 1394 Tweet 872
  • Masuknya Virus Salafi ke Jantung Muhammadiyah

    9918 shares
    Share 3967 Tweet 2480
  • Prof Abdul Mu’ti: Muhammadiyah Kurang Sombong dengan Prestasinya

    2880 shares
    Share 1152 Tweet 720
  • Begini Calon Jamaah Haji Mencuci Pakaian di Mekah

    2586 shares
    Share 1034 Tweet 647
  • Jangan Keliru! Ada Dua Macam Air Zamzam di Masjid Al-Haram

    2785 shares
    Share 1114 Tweet 696
  • Alphard untuk Ustadz dan Umat

    601 shares
    Share 240 Tweet 150
  • Muhammadiyah dan Salafi: Serupa tapi Tak Sama, Ini Bedanya

    12332 shares
    Share 5641 Tweet 2788
  • Khutbah Idul Adha 2022: Spirit Kurban untuk Membangun Bangsa Berkemajuan

    501 shares
    Share 200 Tweet 125
  • Adakah Tuntunan Puasa Tarwiyah sebelum Idul Adha, 8 Dzulhijjah?

    5313 shares
    Share 2125 Tweet 1328

Berita Terkini

  • Daftar Lokasi dan Khatib Shalat Idul Adha Sabtu 9 Juli 2022 di Malang RayaKamis 7 Juli 2022 | 07:39
  • 32 ribu sekolah, dari PAUD hingga SMA/SMK daftar mandiri Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM). Liputan Syaifulloh, kontributor PWMU.CO.
    32 Ribu Sekolah Daftar Mandiri Implementasi Kurikulum MerdekaKamis 7 Juli 2022 | 06:33
  • Inilah Lokasi Shalat Idul Adha Sabtu 9 Juli 2022 di Kota SurabayaRabu 6 Juli 2022 | 20:40
  • Alumni Smamda
    Alumni Smamda Ini Terus BerprestasiRabu 6 Juli 2022 | 18:20
  • Prof Abdul Mu’ti: Muhammadiyah Kurang Sombong dengan PrestasinyaRabu 6 Juli 2022 | 16:55
  • Merawat kerukunan
    Merawat Kerukunan, Nasyiah Bikin Acara IniRabu 6 Juli 2022 | 16:09
  • Hukum Puasa Arafah Ikut Arab Saudi, Shalat Idul Adha Ikut IndonesiaRabu 6 Juli 2022 | 15:41
  • SDMM Menyandang Sekolah Ramah Anak, Ini Daftar Resmi SRARabu 6 Juli 2022 | 15:00
  • Duta Kosmetik
    Duta Kosmetik Ini Murid SmamdaRabu 6 Juli 2022 | 14:52
  • Inilah Makanan Favorit CJH asal Indonesia di MekahRabu 6 Juli 2022 | 13:34

Hubungi Kami

WA : 0858-5961-4001
Email :pwmujatim@gmail.com
  • Dewan Redaksi dan Alamat
  • Pedoman Media Siber
  • Privacy Policy

© 2021 pwmu.co - PT Surya Kreatindo Mediatama.

No Result
View All Result
  • Home
  • Kabar
  • Kajian
  • Kolom
  • Feature
  • Musafir
  • Khutbah
  • Canda
  • Ngaji Hadits
  • Kajian Ramadhan
  • Index
  • Mediamu

© 2021 pwmu.co - PT Surya Kreatindo Mediatama.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In