PWMU.CO-Permainan yang disajikan dalam Pendidikan Khusus Kepala Sekolah (Diksuspala) yang diadakan oleh Majelis Dikdasmen PWM Jatim di Trawas membuka pengetahuan peserta. Satu permainan yang juga menarik digelar Rabu (24/1/2018) malam. Rahasia permainan bisnis enam kartu angka.
Hari itu fasilitator Asep Haerul Gani memberi kertas kepada setiap peserta agar dipotong kecil menjadi enam bagian. Tiap bagian ditulisi angka 1, 2, 3, 4, 5, 6. Perintah selanjutnya peserta harus menukarkan kertas itu kepada temannya untuk mendapatkan keuntungan meraih jumlah yang besar.
Tak pelak peserta panik berlari ke sana kemari untuk menukar kertas. Terjadilah negosiasi. Ada yang gampang karena berbelas kasihan. Ada yang dead lock lantas lari ke teman lainnya. Ada yang ngotot ingin selalu minta angka besar. Mereka yang kompromi sama-sama mendapat apa yang dimaui.
Baca juga: Memaknai Isi Toples dalam Game Pendidikan Kepala Sekolah
Setelah waktu habis, Asep Haerul Gani meminta perolehan angka hasil transaksi untuk dihitung. ”Cara menghitungnya angka kembar dikalikan, angka berbeda ditambahkan,” kata Asep. ”Jumlah standar adalah 21 hasil dari pertambahan 1+2+3+4+5+6,” tambah dia.
Peserta meraih angka tertinggi Suharyono dari SMA Muhammadiyah 2 Genteng Banyuwangi. Dia mendapatkan angka 6 sebanyak empat, kemudian angka 1 dan 2. Berarti angka 6 dikalikan empat kali lantas ditambah angka 1 plus 2 menjadi 1299.
Cara Suharyono mendapatkan angka 6 karena kukuh dalam bernegosiasi. Dia selalu minta angka 6 kepada peserta yang menawar. Beruntung dia mendapatkan tiga orang yang lemah bernegosiasi sehingga mendapatkan tambahan tiga angka 6. Sementara tiga angka lainnya kartunya sendiri.
Asep kemudian meminta peserta yang jumlah angkanya kurang dari 21 angkat tangan, ternyata ada lima peserta. Rata-rata peserta mendapat jumlah di atas 21 tapi di bawah 60. Sedikit di atas 60. Dari sinilah kemudian Asep membuka makna dari permainan ini.
Pertama, kata asep, menjadi pebisnis atau pimpinan sekolah harus pandai berhitung. ”Ketika menukarkan kertas tadi yang bisa berhitung pasti akan menukarkan kertas bertuliskan angka kecil dengan angka besar. Karena jika angka besar sama kemudian dikalikan akan menghasilkan angka yang besar,” tuturnya.
Kedua, sambung dia, pebisnis langsung berhitung pada saat mengumpulkan angka. ”Sebab keuntungan bukan dihitung di akhir. Pada saat penukaran kertas hendaknya terus dihitung dengan cepat jika tidak bisa mendapatkan kerugian,” ujarnya.
Ketiga, ujar dia, sebagai pebisnis tidak boleh sombong. Karena kesombongan menghalangi kesuksesan bisnis. Pebisnis harus membuka diri untuk bertanya dan belajar dengan orang lain. ”Berikutnya, pebisnis tidak boleh panik, pandai membaca situasi. Seperti tadi setelah mendengar instruksi banyak yang panik berlarian ke sana kemari. Jika saja pandai membaca peluang maka akan bertukar kertas dengan teman sebangku,” tuturnya.
Lebih lanjut Asep mengatakan pebisnis jangan hanya memikirkan keuntungan sendiri tetapi juga keuntungan dengan bekerja sama. Hal yang juga sangat penting adalah seorang bisnis harus mampu membuat nilai tambah. ”Seperti di sekolah, kepala sekolah sebagai pelaku bisnis harus mampu membuat nilai tambah yang harus diketahui publik karena nilai tambah inilah yang nanti dipertukarkan,” tandasnya. (Puspitorini)