PWMU.CO-Siang tidak begitu terik. Mendung sedikit menutupi langit, saat para guru SD Muhammadiyah 24 Ketintang Surabaya mengikuti workshop dan simulasi pengaliran sembilan pilar karakter di Heritage Training Center (HTC) Depok, Jawa Barat, Selasa (23/01/2018).
Sembilan pilar karakter yang dimaksud adalah pertama cinta Allah dan segenap ciptaannya. Kedua, mandiri, disiplin, dan tanggung jawab. Ketiga, jujur amanah, dan berkata bijak. Keempat, hormat santun dan pendengar yang baik. Kelima, dermawan, suka menolong dan kerja sama. Keenam, percaya diri, kreatif dan pantang menyerah. Ketujuh, pemimpin yang baik dan adil. Kedelapan, baik dan rendah hati. Kesembilan adalah toleran, cinta damai dan bersatu.
Wajah 18 guru SD Muhammadiyah yang berjuluk de Best School ini tampak gembira dan bersemangat. Mereka melakukan peer teaching pengajaran pengaliran sembilan pilar karakter yang dipandu oleh para trainer dari IHF (Indonesia Heritage Foundation). IHF adalah lembaga pendidikan karakter yang didirikan Ratna Megawangi, istri Sofyan Djalil.
Baca juga :Sejumlah Kejutan saat Berkunjung ke SD Muhammadiyah Meruyung
”Anak-anak, siapa yang tahu manfaat penggaris?” tanya Rohma Indah SPd, walikelas III percaya diri saat bermain peran menjadi guru.
”Untuk mengukur panjang benda, Bu,” jawab Diyan Sawitri, walikelas I yang berperan sebagai siswa.
”Untuk menggaruk punggung, Bu,” celetuk Siti Nur Indah.
“Untuk membantu mengambil barang di atas, Bu,” jawab yang lain.
Semua dialog di atas adalah bagian dari proses praktik pengaliran pilar karakter keenam, konsep kreatif pada tahap knowing-reasoning-feeling. Tahap ini digunakan untuk membangun pengetahuan siswa tentang karakter yang akan diajarkan. Siswa diajak berdiskusi dan didorong untuk berpikir kritis serta berani menyampaikan pendapat.
Menurut Tina Sugiharti MSi, salah satu trainer IHF, ada tiga tahap untuk mengalirkan pilar karakter. Pertama adalah tahap knowing-reasoning-feeling. Kedua, acting-reasoning-feeling. Dan terakhir adalah afirmasi.
Tak mau kalah dengan lainnya, Anjar Ayu pun maju mempraktikkan pengaliran karakter tahap acting-reasoning-feeling. Walikelas IV Kreatif ini memberikan tantangan pada setiap kelompok. Ia membagikan kertas-kertas koran dan gunting pada tiap kelompok. Setiap kelompok harus bisa memasukkan seluruh anggota kelompok ke dalam kertas koran. Caranya bebas, sekreatif mungkin. Tetapi tidak boleh menggunakan lem atau solasi. Kertas koran tidak boleh ada sisa, harus digunakan semuanya.
Menerima tantangan tersebut para guru SD Muhammadiyah 24 Surabaya yang berperan sebagai siswa, melakukan berbagai cara untuk dapat menyelesaikannya. Arista Laili dan kelompoknya bersorak saat berhasil menyelesaikan tantangan. Sedangkan beberapa kelompok yang lain masih berusaha keras menyelesaikannya.
Setelah beberapa saat, selanjutnya Anjar selaku guru memberikan contoh menggunting kertas koran supaya semua anggota bisa masuk. Untuk tahap afirmasi, ia mengajak semuanya untuk tepuk anak kreatif.
Kegiatan workshop ini rangkaian kegiatan Pelatihan dan Observasi di Sekolah Dasar Karakter IHF Depok yang diikuti oleh guru SD Muhammadiyah 24 Surabaya dan perwakilan Majelis Dikdasmen PCM Wonokromo.
Kepala SD Muhammadiyah 24 Surabaya, Norma Setyaningrum, mengatakan, tujuan pelatihan ini membangun sistem pembelajaran karakter yang benar-benar terencana dan terukur di sekolahnya. Dalam waktu dekat, tim pengembang sekolah akan menyusun pengaliran pilar-pilar karakter dan perangkatnya. ”Untuk itu kami bekerja sama dengan walimurid untuk turut serta memantau perkembangan dan pembiasaan karakter yang diajarkan di sekolah. Kami merencanakan ada rapor karakter di semester depan nanti,” ujarnya. (Norma)