PWMU.CO-Di teras Madrasah Ibdtidaiyah Muhammadiyah (MIM) 27 Jl. Raya Bangkingan Surabaya, sebanyak 22 murid kelas 1 Umar bin Khaththab duduk berhadap-hadapan memanjang. Suasana riuh riang mewarnai kegiatan Jumat (26/1/2018) pagi itu.
Ustadzah Sri Gati lantas membagikan tanah liat di atas piring. Hari itu pelajaran ketrampilan membuat bentuk dari tanah liat. ”Anak-anak dari tanah liat ini bisa dibentuk bermacam benda. Silakan membentuk benda apa saja sesuai keinginan kalian. Bisa…?” ujar ustadzah.
”Bisaaaa…….,” jawab para murid serempak.
Kemudian ustadzah mengajak bernyanyi murid-muridnya yang mengingatkan anak-anak bekerja itu dengan tangannya bukan mulutnya. Selesai bernyanyi dipersilakan para murid membentuk benda sesuai imajinasinya.
Baca juga: Inilah Kisah Bonek PCM Lakarsantri Mewujudkan Gedung Madrasah Senilai Rp 10 Miliar
Satu jam anak-anak itu meluapkan idenya membuat mainan. Diambilnya tanah liat lantas dipilin-pilin, ada yang ditepuk-tepuk. ”Horee……aku punya mobil…ngeeng…ngeeenggggg….” tiba-tiba satu anak berteriak.
”Aku juga punya gajah besar ….huuaahhhhhhh,” sahut temannya.
”Bonekaku cantiikkk…..,” ujar murid putri.
Ramailah selasar sekolah itu dengan tingkah murid-murid memamerkan hasil karyanya. Begitu bergembiranya mereka dengan barang-barang yang sudah dibuatnya sendiri. ”Ustadzah, ini boleh dibawa pulang?,”
”Boleh. Tunjukkan ke orangtua ya kalain sudah bisa membuat mainan,” jawab ustazdah.
Di ruang lain, sebanyak 21 anak kelas 1 Usman bin Affan mereka diberi tugas membawa sepatu dan talinya oleh Ustadzah Sri Lili. Mereka juga duduk saling berhadap-hadapan dengan sepatu di depannya. Hari itu murid-murid mempraktikkan cara memasang tali sepatu untuk melatih kemandirian.
”Ustadzah, saya sudah selesai, begini ya…” teriak satu murid.
”Oh iya, pintar sekali ananda,” jawab Ustadzah Lili setelah melihat sepatu itu. Begitu seterusnya murid yang selesai langsung memamerkan kepada gurunya. Sebangian besar sudah bisa memasang tali sepatu. Hanya dua anak yang perlu bimbingan. Dengan telaten ustadzah membimbing memasang tali yang benar.
Ustadzah Sri Gati dan Sri Lili mengatakan, kegiatan ini melatih kemandirian dan kreativitas murid sejak dini. ”Bahan yang dipakai juga mudah mencarinya di halaman sekolah. Murid diberi kebebasan berkreasi sesuai imajinasinya,” kata Sri Gati.
Kepala MIM 28 Hidayat ST menjelaskan, pembelajaran di madrasah Dupan Inovatif (Dua Delapan Inovatif) selalu menekankan pada pembentukan karakter murid serta belajar lebih menyenangkan.
”Belajar tidak harus di kelas, lingkungan sekolah juga menjadi media untuk belajar. Ustadz dan ustdzahnya dituntut selalu kreatif dan mencari inovasi baru agar materi pembelajaran mudah diserap muridnya,” katanya. (day)