PWMU.CO – Sebutan bahwa agama Islam itu kaffah (sempurna) teruji dalam fenomena gerhana bulan yang terjadi Rabu (31/1/18) malam.
Islam sudah punya perangkat syariat untuk umatnya ketika menemui fenomena alam, termasuk terjadinya gerhana bulan dan matahari, sebagaimana dicontohkan oleh Nabi Muhammad Saw.
Di hadapan ratusan jamaah salat gerhana bulan (khusuf) di Masjid At Taqwa Perumahan Pongangan Indah (PPI) Gresik, (31/01/18), Ustad Ady Mustafa menyampaikan bahwa banyak amalan yang diajarkan Rasulullah Saw saat gerhana. Salah satunya dengan cara melakukan shalat gerhana dan berdoa.
“Berdoalah kepada Allah dengan sungguh-sungguh dan sepenuh hati. Doa seorang hamba terutama pada saat terjadi gerhana adalah kekuatan yang dahsyat,” ungkapnya.
Doa, lanjutnya, adalah ruhnya ibadah. Berapa pun ujian yang Allah berikan pada hamba-Nya selalu menjadi bukti kasih sayang Allah.
“Kadang manusia diberikan ujian secara beruntun. Belum selesai ujian yang satu datang ujian lain, baik berupa kesakitan, kesulitan ekonomi, juga urusan anak. Dengan shalat dan berdoa, insyaallah kita akan diberikan jalan keluar,” urainya.
Menurut Ady, jarak terdekat seorang hamba pada Rabbnya adalah ketika shalat. “Dalam posisi rukuk dan sujud, berdoalah mohon pertolongan Allah,” tambahnya.
Ady menyampaikan, hal lain yang diajarkan diajarkan Rasulullah Saw saat gerhana adalah bertakbir, yakni membesarkan nama Allah Yang Maha Besar sebagai tanda pengakuan akan kekuasaan Allah.
“Memperbanyak dzikir pada Allah adalah sebuah keharusan dalam hidup manusia. Jika kita selalu mengingat dan mengagungkan nama Allah, niscaya Allah pun akan mengingat dan mencintai kita. Kalau Allah mengingat dan mencintai kita, maka berbahagialah karena Allah akan manata hidup kita,” jelas dia.
Sedang hal yang tidak boleh tertinggal adalah bersedekah dengan yang terbaik. “Siapapun yang bersedekah akan dilipatgandakan rezekinya oleh Allah. Dibaikkan hidupnya di dunia dan di akherat. Serta diberikan jalan keluar dari setiap kesulitan,” kata ustad muda dengan enerjik itu.
Ady juga mengajak jamaah untuk memperbanyak syukur pada Allah. “Syukur yang pertama, kita masih diberi hidup. Masih diberi kesempatan berlomba-lomba berbuat baik di jalan Allah untuk mengumpulkan bekal kembali pulang ke akhirat,” tuturnya sambil bertanya retoris, “Bukannya hidup manusia itu selayaknya musyafir? Jadi perbanyaklah bekal akhirat, bukan berupa kekayaan, pangkat, jabatan melainkan keimanan dan ketaqwaan.”
Syukur yang kedua adalah masih diberikannya kesempatan menikmati gerhana bulan. “Ini murni, bukti kekuasaan Allah. Tidak ada hubungan dengan kepercayaan manusia, syirik, dan lain-lain,” kata dia.
“Beruntung dan bersyukurlah kita,” kata Ady. “Semoga kita termasuk hamba yang berfikir dan menambah keimanan kita pada Allah.” (Agustine)