PWMU.CO-Senin (5/2/2018) pukul 06.15, Franziska Bernlocher, relawan guru Jerman sudah duduk manis di ruang wakil kepala sekolah. Ia sudah bersiap untuk memulai hari pertamanya di SMA Muhammadiyah 2 Surabaya (SMAMDA) Jl. Pucang Anom.
Ia mengawali harinya dengan berkeliling sekolah. Ditemani Tanti Puspitorini, wakasek humas, ia menyusuri setiap lantai dan lorong sekolah
“Wow, what a great school you have,” ungkap Franzi, panggilan akrab Franziska.
Di negaranya tidak ada sekolah bertingkat tinggi seperti SMAMDA. Ketika sampai di lantai 6, ia mulai mengambil foto dengan pemandangan gedung tinggi dan rumah yang menurutnya sangat indah. Ia juga melihat siswa-siswi SMP Muhammadiyah 5 berbaris di halaman sekolah.
“What are they doing?” tanyanya.
Ia heran ada upacara bendera karena tidak ada di negaranya. Bahkan mengibarkan bendera untuk peringatan tertentu pun tidak ada. Yang membuatnya takjub ketika ia mengamati siswa-siswi SMAMDA menyapa guru, mengucap salam dan menjabat tangan guru. Begitu juga ketika ia berkunjung ke SD Muhammadiyah 4, banyak siswa yang berebut untuk salaman.
“All the students are very polite,” tuturnya. “In my country, the students only greet teacher without shaking hands,” imbuhnya.
Saat adzan Dhuhur berkumandang, ia bergegas menuju masjid. Ia mengamati ratusan siswa yang bersegera untuk shalat. Ia juga sempat merekam kegiatan shalat Dhuhur berjamaah. Setelah selesai shalat, di depan sekitar 1045 siswa ia memperkenalkan diri. Suara riuh siswa memenuhi mushala.
“I have never thought to speak in front of thousand students. It’s great!” ujarnya.
Di hari Senin ini ia memang tidak langsung mengajar. Ia melakukan observasi sekolah, berkenalan dengan banyak guru dan karyawan juga berdiskusi dengan guru pengajar Matematika, Fisika dan bahasa Inggris. Ia menyiapkan materi untuk mengajar besok.
Sepulang sekolah, Kepala SMAMDA Astajab dan beberapa jajaran pimpinan mengajak Franzi makan malam di rumah makan Padang yang berlokasi di Kertajaya Indah. Lagi-lagi ada saja yang membuatnya heran ketika pramusaji menyajikan beragam menu di atas meja dengan membawa piring banyak di lengannya.
“In my country, you can’t have many food on the table, especially in formal dinner. Here, I can taste many delicious food, I like it,” tuturnya.
Ia juga menjelaskan kebiasaan makannya dengan menggunakan garpu dan pisau tidak ada sendok. Sebelum makan ia juga meletakkan lap makan di pangkuannya.
Saat pulang, ia untuk kesekian kalinya mengamati para pengendara motor yang berlalu lalang. Dan tiba-tiba dia berteriak.
“Look at that motorbike driver. He is smoking while driving? How could it be?” tanyanya heran.
Meskipun heran, ia tetap memberi pujian untuk pengendara motor yang bisa merokok sambil berkendara. Para guru di sebelahnya hanya membalas dengan tawa keheranan Franzi. (Puspitorini)