PWMU.CO – Tragedi wafatnya Ahmad Budi Cahyono, guru tidak tetap (GTT) mata pelajaran seni rupa di SMAN 1 Torjun Sampang, yang diduga akibat dipukul siswanya merupakan potret buram wajah pendidikan di Indonesia.
Semua pihak, khususnya tenaga pendidik atau guru diharapkan mampu mengambil pelajaran dari peristiwa memilukan ini.
Muhammad Sholihin Fanani, Ketua Majelis Tabligh PWM Jatim yang juga mantan Kepala SD Muhammadiyah 4 Pucang Surabaya, mengatakan hal itu saat diwawancarai PWMU.CO, Senin (5/2/18).
Menurut Sholihin, peristiswa yang memilukan ini terjadi sebagai pertanda bahwa masih banyak hal yang harus dibenahi dalam sistem pendidikan di Indonesia. Guru-guru dengan peristiwa ini juga sedang diingatkan, dan diminta untuk mengoreksi diri.
”Semua pihak harus bisa mengambil pelajaran dari peristiwa memilukan ini. Dan tragedi ini harus disikapi secara arif oleh guru maupun pemeharti pendidikan di Indonesia,” ujarnya.
Sholihin menjelaskan, sejatinya guru itu adalah seorang pendidik yang tugas utamanya adalah mendidik siswa. Bukan hanya sekadar mengajar dan memintarkan siswa dari segi akademis saja. Oleh karenanya, sebagai pendidik guru harus bisa menjadi teladan utama bagi anak didiknya, dan bagi masyarakat di sekelilingnya.
”Guru juga tidak cukup hanya mampu membuat RPP dan silabus. Lebih dari itu, guru juga harus mampu menyentuh ruhani dan hati siswa sehingga rasa hormat, taat dan patuh siswa terhadap guru tumbuh. Hal inilah yang hilang dalam pendidikan di Indonesia,” ungkapnya.
Pria asal Lamongan ini berharap, peristiwa ini tidak akan pernah terulang lagi di kemudian hari. ”Mari semua pihak introspeksi diri untuk menjadikan pendidikan kita lebih baik lain,” pungkasnya. (Aan)
Discussion about this post