PWMU.CO-Gejala pemurtadan umat Islam sekarang ini makin canggih menggunakan dunia maya bukan hanya pembagian mi instan. Materi yang disampaikan pun memakai al-Quran dan hadits dengan logika dijungkir balik. Runyamnya, sebagian besar umat Islam tidak mampu menjawab sehingga ikut murtad.
Hal itu disampaikan pakar kristologi Dr Menachem Ali MA dalam pengajian PCM Lakarsantri yang digelar di MIM 28 Jl. Raya Bangkingan Surabaya, Ahad (11/2/2018). Kajian kali ini membahas topik Mewaspadai Serangan Kristenisasi Zaman Now.
”Kenapa sampai ada artis muslim murtad? Siapa yang memurtadkan mereka? Ternyata yang memurtadkan bukan pendeta tapi artis non muslim yang militan, paham Injil, dan punya misi. Sebut saja contohnya artis Asmiranda,” kata Menachem Ali yang juga dosen Fakultas Ilmu Budaya Unair.
Baca Juga: Murid-Murid Itu Asyik Bermain Tanah Liat dan Menali Sepatu
Di kalangan akademisi juga ada, sambung dia, contohnya Syaifudin Ibrahim yang pakar Quran dan hadits. Setelah murtad sekarang berdakwah memurtadkan umat Islam dengan memakai ayat Quran dan hadits dengan logika dibalik-balik.
Ali mencontohkan cara memurtadkan umat Islam dengan memakai al-Quran misalnya mereka mengatakan, nama Ahmad dan Muhammad dalam al-Quran hanya disebut lima kali. Sedangkan nama Isa disebut 25 kali. ”Kemudian mereka berkata, dengan demikian bukankah Nabi Isa lebih mulia dibandingkan Nabi Muhammad karena disebut lebih banyak?” ujar Ali.
Logika seperti ini ketika disampaikan kepada para ustadz ternyata banyak yang bingung tidak mampu menjawab dengan memuaskan. ”Akhirnya ustadz itu justru keyakinannya goyah lantas menjadi Kristen karena tidak paham al-Quran,” tutur dia. ”Kita tidak perlu menjawab spekulatif dengan pikiran kita. Al-Quran yang menjawab sendiri jika kita paham kitab suci kita,”’ tandasnya.
Menurut dia, penyebutan nama lebih banyak dalam al-Quran bukan mencerminkan kemuliaan sebab nama Adam disebut 25 kali, Ibrahim 69 kali, Musa 136 kali. ”Bahkan nama syaithon disebut sebanyak 138 kali dalam al-Quran apakah itu berarti setan lebih mulia dibanding Isa? Tentu tidak,” tegas Ali.
Ali menandaskan, derajat kemuliaan nabi dalam al-Quran bisa diukur dari cara Allah menyebut atau memanggilnya. Contoh, nabi ulul azmi yang dianggap paling istimewa dalam al-Quran ternyata Allah memanggil langsung namanya. ”Orang Jawa menyebutnya njambal,” tuturnya. ”Tetapi menyebut Nabi Muhammad Allah memakai sebutan lain tidak langsung nama,” tambahnya.
Contohnya, Yaa ayyuharrasulu balligh maa unzila ilaika min robbika (al-Maidah:67), Yaa ayyuhal muzammil qumil lailah illa qoliila (al-Muzammil), Yaa ayyuhannabi ittaqillahi wa la tuthi’il kafiirina wal munafiqiina innalloha kana ‘aliiman hakiima (Ahzab:1) dan ayat lainnya.
Kemuliaan Nabi Muhammad, tandas Ali, disebutkan dalam surat Ali Imron ayat 81 yang isinya Allah mengambil perjanjian dengan semua nabi yang diberi kitab dan hikmah, kelak jika datang seorang rasul maka semua para nabi wajib beriman dan menolongnya.
”Semua ahli tafsir sepakat yang dimaksud seorang rasul yang datang itu adalah Nabi Muhammad yang wajib diiman dan ditolong,” katanya. ”Dengan demikian Nabi Muhammad lebih mulia dibandingkan nabi semuanya,” ujar dia menegaskan. (sgp)