PWMU.CO-Senin (12/2/2018) pagi di SMP Muhammadiyah 04 Tanggul Jember dimulai dengan murojaah. Kelas sudah dibagi menjadi berbagai kelompok sesuai target hafalan. Dari beberapa kelompok, kelompok yang menempati kelas 7A terbilang istimewa. Keistimewaan kelompok ini terdiri dari siswa yang sering terlambat masuk kelas, tidak membawa buku sesuai jadwal, atau sering tidak membawa Alquran saat murojaah.
Sering kali nasihat diberikan, ”Kalau kita umat Islam saja malu membawa Alquran, terus siapa lagi yang akan membaca dan memakmurkan Alquran, Nak?”
Banyak macam hukuman yang diberikan jika tidak membawa Alquran, misalnya membersihkan halaman depan sekolah, membakar sampah, atau membersihkan toilet. Setiap hari diingatkan, setiap hari pula dilanggar. Berbagai cara dan siasat guru untuk menyadarkan. Akhirnya anak-anak istimewa ini bisa jera juga. Pagi itu mereka semua membawa Alquran. Alhamdulillah.
Baca Juga: Murajaah Mendorong Siswa Bersemangat Datang Lebih Pagi
”Gak enak, Bu, kalau setiap hari dihukum. Benar kata Bu Guru, kalau disuruh bersihkan toilet tiap hari berarti bakat jadi cleaning service,” kata Dani, siswa kelas 9 sambil tersenyum malu. Sama dengan Rizal, siswa kelas 9, hari ini membawa Alquran, meskipun sudah hilang sampul depan dan belakang.
Setelah semua bisa duduk tertib, baru murojaah dimulai. Diawali dengan membaca dzikir pagi, sayyidul istighfar, dilanjutkan dengan membaca asmaul husna dan nama-nama surat. Kemudian membaca surat yang menjadi target bulan ini.
Bagian akhir Bu Guru bercerita tentang pemuda Uwais Alqarni bin Amir, pemuda dari Yaman yang doanya dikabulkan Allah, karena begitu sayang kepada ibunya. Hingga suatu hari Rasulullah meminta Umar jika bertemu dengannya minta didoakannya. Kelas sangat tenang. Semua murid mendengarkan kisah itu hingga selesai.
Sebelum mereka kembali ke kelasnya masing-masing, Bu Guru menambahkan, ”Alhamdulillah, semoga hari-hari ke depan, kalin bisa seperti ini, semoga kalian menjadi generasi yang mencintai Alquran, dan jika sampai hari ini ibu kita masih ada, maka tugas kitalah berbakti kepada beliau, akan tetapi jika sudah wafat, maka kewajiban kitalah menjadi anak yang saleh, karena doa anak yang saleh tidak ada batas dengan Allah.”
Anak-anak istimewa ini terharu mendengar nasihat itu. Mereka pun bangkit dari duduknya menyalmi guru dan melangkahkan kaki ke kelas mengikuti mata pelajaran pagi. (Humaiyah)