PWMU.CO – Deretan coklat yang disandingkan dengan bunga mawar plastik tampak begitu mencolok saat kita memasuki minimarket atau supermarket di bulan Februari ini.
Kemasan plastik bening dengan aneka model yang indah, seni penataan batangan coklat berbagai merk yang menarik, hingga tulisan promo harga, membuat mata para pengunjung langsung tertuju padanya.
Apalagi semua pernak-pernik ini tampil di rak stokis paling depan, berhadapan langsung dengan pintu masuk minimarket atau supermarket.
Warna merah dan pink yang mendominasi rak stokis menjadikan pengunjung tak perlu susah-susah mencari kebutuhan perayaan ‘hari besar’ di bulan kedua dalam kalender Masehi ini.
Ya, itulah sepenggal suasana kemeriahan menyambut Valentine Day atau Valday nama kerennya. Hari Kasih Sayang yang selalu dirayakan pada tanggal 14 Februari.
Rupanya, virus Valday tak hanya merambah kota-kota besar di Indonesia. Gresik, contohnya. Kabupaten kecil di provinsi Jawa Timur yang berbatasan dengan kota Surabaya dan selat Madura ini pun tak lepas dari serangan virus budaya Barat yang dapat merusak generasi muda ini.
Setidaknya seperti yang tergambarkan dari larisnya coklat dan bunga mawar imitasi di beberapa minimarket di Gresik.
PWMU.CO berkesempatan mewawancarai salah seorang pegawai sebuah minimarket ternama yang ada di kawasan Perumahan Pongahan Indah Gresik, Ahad (11/2/18).
“Sejak akhir Januari sudah mulai stok dan hias. Biasanya di awal Februari sudah ada remaja yang nanyakan. Tapi ya yang beli masih jarang. Kalau sudah masuk tanggal 10, 11 gini sudah mulai ramai,” kata Kenzio SHNZ, salah satu pegawai, sambil merapikan pajangan bunga dan coklat di rak stokis bagian depan.
Pria yang dipanggil Kenzi ini mengungkapkan diskon hanya diberikan saat hari Valday yaitu tanggal 14 Februari.
“Promonya lumayan, dari harga Rp 42.500 menjadi Rp 29.900. Hanya di tanggal 14 Februari saja. Jadi biasanya langsung habis di hari itu. Yang paling laris duluan biasanya yang paketan jadi satu bunga dan coklatnya,” ungkapnya.
Valday di Mata Remaja Muhammadiyah
Meski ruang psikologis remaja dibombardir oleh nuansa Valday, namun beberapa remaja, baik mahasiswa maupun pelajar Muhammadiyah, yang dihubungi PWMU.CO menolak merayakan Valday.
Seperti yang diungkapkan mahasiswi semester 2 Universitas Muhammadiyah Gresik (UMG) Kazue Salsabella Rachelinda. Dia mempertanyakan mengapa kasih sayang itu hanya satu hari.
“Bukankah kasih sayang itu bisa dilakukan setiap hari? Kalau menurut saya sich dengan adanya simbol kasih sayang di hari itu justru menyiratkan sesuatu yang jelek. Yaitu rasa sayang hanya terjadi satu kali dalam setahun. Dan terkadang dirayakan dengan berlebihan. Padahal kalau yang namanya sayang itu sudah pasti kapan pun bisa kita rasakan. Tidak perlu dijadikan hal yang istimewa apalagi dibuat hari besarnya,” tuturnya saat ditemui di tempat tinggalnya, Ahad (11/2/18).
Bella—panggilan akrabnya—mengaku mengenal istilah Valday sejak SMP dari teman-temannya dan media sosial.
“Ya jelas nggak penting ngerayainnya. Daripada bung-buang uang untuk membeli pernak-pernik Valentine kan uangnya bisa ditabung beli sesuatu yang lebih bermakna. Semisal beli buku atau semacamnya sesuai hobi kita. Karena saya hobi rias, ya mending saya belikan alat rias dan kosmetik untuk merias teman-teman yang akan tampil di even-even kegiatan mahasiswa,” ujarnya sembari tertawa.
Bella melanjutkan, kalau sudah jelas itu haram, buat apa merayakannya. “Sudah pasti banyak mudharat-nya dan merugikan kelak di akhirat,” ucapnya.
Bella berharap tak ada lagi temannya yang merayakan Valday. “Kalau ada, saya akan memberi pengertian apa itu Valentine. Jika kita mengikuti Valday, otomatis kita sudah masuk dalam sebuah dosa. Setidaknya saya masih bisa mengingatkan bahwa Allah tidak suka jika kita menyerupai kaum kafir. Jika cara ini tidak efektif, mungkin di hari itu bisa diganti dengan even yang lebih positif seperti mengaji bersama atau dakwah sebaya,” ungkapnya.
Jika Bella mengenal Valday sejak SMP, lain lagi dengan Amirul Ilham, siswa Madrasah Aliyah Muhammadiyah (MAM) 2 Banyutengah, Panceng, Gresik. Dihubungi via WhattsApp, Ahad (11/2/18), dia mengaku mengenal Valday dari televisi.
“Di tv ya hari kasih sayang gitu pada pacarnya. Biasanya dikasih kado atau bunga. Pokoknya menuangkan kasih sayangnya ke pacarnya dengan cara apapun,” jelasnya.
Sepakat dengan Bella, dia menyampaikan perayaan Valday adalah suatu hal yang sia-sia. “Saya umat Islam, jadi nggak perlu ngerayain Valday. Kalau ada teman yang ngerayainnya ya langsung saya tegur saja. Apalagi sesama Muslim kan sudah kewajiban saling mengingatkan ketika ada yang berbuat salah,” lanjutnya.
Tak ketinggalan Icha Mujtahidah, siswi kelas 2 SMA Muhammadiyah 10 (Smamio) Gresik ikut menceritakan pengalamannya tentang Valday.
“Saya kenal Valday itu dari budaya. Lingkungan sekitar rumah itu yang kebiasaan merayakan gituan. Kakak-kakak yang lebih tua biasanya sudah sibuk mencari kertas surat warna pink untuk pacarnya. Ada juga tuch yang beli coklat, bunga, trus merencanakan acara khusus berdua gitu,” tuturnya.
Menurut remaja yang biasa disapa Ikha itu, solusi yang tepat ya menyibukkan remaja di hari itu. “Disibukkan aja dengan kegiatan-kegiatan yang unik dan asyik tapi tetap ada unsur ibadahnya,” cetusnya.
Semoga pelajar Muhammadiyah punya imunitas yang tangguh hadapi budaya Barat yang merusak! (Ria Eka Lestari)