PWMU.CO-Ada kisah menarik yang disampaikan penasihat PDM Kabupaten Kediri Drs Nur Hasan Yazid MM saat membuka Dialog Ideopolitor, Ahad (18/2/2018) lalu. ”Lama setelah Nabi Musa wafat, Bani Israil menghadap Nabi Samuel agar mengangkat untuk mereka raja yang bisa memimpin perang melawan penindasan bangsa Palestina,” kata Nur Hasan.
Nur Hasan melanjutkan kisahnya, ketika Nabi Samuel memilih seorang pemuda gagah perkasa yang bekerja sebagai petani dari desa bernama Thalut, Bani Israil malah protes. ”Kenapa dia yang diberi kekuasaan padahal kami lebih berhak. Dia pemuda miskin, tidak berharta, orang desa,” kata Bani Israil memberi alasan.
Berita terkait: Dekat Kekuasaan Itu Enak, Nyikut Yo Cedak, Ngrangkul Yo Iso
Nabi Samuel bersikukuh pemuda Thalut itu yang pantas menjadi pemimpin. ”Innallahashthofaahu alaikum wa zaadahu basthotan fil ilmi wal jism,” kata Nabi Samuel. Artinya, sesungguhnya Allah memilih dia atas kalian karena Allah memberi tambahan kelebihan ilmu dan fisik.
Kisah yang ditulis dalam Alquran surat Albaqarah : 246-251 itu akhirnya terbukti Thalut mampu mengalahkan pemimpin bangsa Palestina bernama Jalut lewat tangan Daud.
”Begitu lho otaknya Bani Israel. Mereka menganggap yang berhak menjadi pemimpin adalah orang yang punya harta,” ujar Nur Hasan. ”Ternyata ini nulari Indonesia,” sambungnya disambut tawa hadirin.
Pernyataannya itu menyindir sistem politik Indonesia yang sudah rusak karena hanya orang punya duit bisa maju jadi bupati, gubernur, atau presiden. Saat menjabat mereka kemudian korupsi untuk mengembalikan modal pemilu.
Thalut ditampilkan menjadi pemimpin, kata Nur Hasan, karena punya kelebihan di antara pembesar bangsa Israil waktu itu. Zaadahu basthotan fil ilmi wal jism itu artinya kelebihan ilmu, Thalut paling pinter. Selain itu fisiknya kuat.
”Berarti pemimpin itu syarat pertama paling pinter sehingga tahu apa yang harus dikerjakan, dia tahu cara memecahkan masalah. Syarat kedua, paling sehat fisiknya. Ojo sampek pemimpin lara-laranen sehingga menyusahkan dan menghabiskan banyak biaya negara,” tuturnya.
Dia juga menyitir hadits dari Rasulullah saw yang menyatakan, apabila amanah disia-siakan, maka tunggu kiamat. ”Opo maksute? Tunggu kehancuran. Para sahabat bertanya, bagaimana menyia-siakan amanah itu yaa Rasulullah? Dijawab, apabila suatu urusan tidak diserahkan ke ahlinya, maka tunggu kehancuran,” tandas Nur Hasan. (Dahlansae)