PWMU.CO – Persinggungan Muhammadiyah dengan partai politik sesungguhnya sejak awal telah menjadi sejarah dinamika Muhammadiyah.
Hal tersebut disampaikan KH Muntholib Sukandar dalam iftitah Rapat Kerja dan dialog Ideologi, politik dan organisasi (Idiopilitor) Majelis Pendidik Kader (MPK) Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) dan Pimpinan Daerah Aisyiyah (PDA) Lamongan, Ahad (25/2/2018).
Lebih lanjut, Muntholib, panggilan akrabnya mengungkapkan bahwa pada awal pasca kemerdekaan, Muhammadiyah bersinggungan dengan Masyumi.
“Di awal Orde Baru dengan Parmusi dan diawal reformasi lewat Tanwir lahirlah PAN, ” terangnya.
Tetapi, menurut Muntholib, itu semua dapat disucikan kembali melalui kepribadian Muhammadiyah yang terdapat dalam AD/ART.
Muntholib juga menegaskan bahwa Muhammadiyah memposisikan diri sebagai gerakan pembaharuan, moderat, berkemajuan, dan tidak anti politik dalam artian bukan politik praktis.
Sementara wakil ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jatim, Nadjib Hamid pada sesi dialog Idiopilitor menyampaikan tentang pentingnya keteladanan dalam kepemimpinan persyarikatan.
“Tidak cukup hadir untuk memberikan sambutan tetapi juga bagaimana pimpinan juga turut serta dirasakan kehadirannya mulai dari awal persiapan hingga akhir kegiatan. Itulah makna keteladanan,” tegas Nadjib dihadapan peserta yang hadir gedung dakwah Muhammadiyah Lamongan.
Najib Hamid juga menyinggung betapa pentingnya politik dalam kehidupan sehari-hari, tetapi tidak kemudian menjadikan politik sebagai aqidah sehingga harus mengorbankan segalanya. (nu’man)