PWMU.CO – Banyak hal menarik ketika kita melakukan studi banding ke lembaga tertentu yang dipandang memiliki keunggulan.
Pembiasaan berbahasa Inggris rupanya menarik guru SD Muhammadiyah Manyar (SDMM) Gresik belajar lebih banyak di Sekolah Cikal Surabaya, Rabu (28/2/18).
Salah satu hal menarik ditemukan guru Bahasa Inggris kelas 5 SDMM Pradita Eka Putri SPd ketika diantar School Director Cikal Surabaya Ratih Saraswati Spec Dip ECE SSi ke ruang kelas 5 untuk observasi pembelajaran.
Puput—begitu ia disapa—tak menyangka ruang kelas 5 dan 6 di sekolah ini ada di gedung terpisah, tidak berada satu gedung dengan kelas 1 hingga kelas 4.
“Ternyata alasannya adalah jarak anak tangga kelas 5 dan 6 berbeda dengan adik tingkatnya. Selain itu, fasilitas mereka pun juga berbeda,” jelasnya kepada PWMU.CO setelah mendapat penjelasan dari pihak Sekolah Cikal.
Baru masuk ruang kelas 5, Puput disambut dengan sapaan salah seorang siswa yang sangat percaya diri.
“Hello miss, where are you from?” tanya siswa tersebut.
“I’m from Gresik,” jawab Puput.
“What school?” tanya ia kembali.
“SD Muhammadiyah Manyar Gresik,” jawab Puput sembari tersenyum.
“Oh…,” komentar siswa tadi seraya kembali ke tempat duduk dan fokus dengan tugasnya.
Puput menghampiri, ingin tahu apa yang sedang ia kerjakan di layar laptopnya.
“What are you doing?” tanya Puput.
“Hmm.. I’m making a draft, this is my last project this year. I’ll have an exhibition,” jawabnya.
“Will you present it in front of the public?” tanya Puput kembali.
“Yes, there will be many people there,” jawab anak tersebut sambil memandang ke arah Puput.
“Waow, what’s the topic?” tanya Puput penasaran.
“Game Addict. Are you a game addict?” siswa tersebut bertanya balik sambil tersenyum.
Sembari tertawa, Puput menjawab, “Sometime.”
Siswa tersebut lalu menawarkan sesuatu kepada Puput.
“Then, would you like to come on March 14-16? Here I give you the brochure,” ujarnya memberikan brosur.
“Oh, thank you so much,” jawab Puput menerima brosur tersebut.
Puput tak menyangka, anak usia kelas 5 SD sudah bisa mengerjakan proyek yang luar biasa, berbahasa Inggris pula.
Kepada PWMU.CO, Puput menjelaskan beberapa proyek lain yang dikerjakan anak kelas 5 di sekolah ini.
“Some of them talked about Kids Street, Chart Married, Juvenile Delinquency, and Social Crime,” jelasnya.
Rupanya, selain proyek tentang kecanduan game, ada juga tentang anak jalanan, grafik pernikahan (berapa persen yang menikah di bawah umur), kenakalan remaja, serta kejahatan di lingkungan sosial.
Dalam proyek ini, lanjutnya, anak-anak mendapat kesempatan untuk mengunjungi dinas atau institusi terkait dengan pendampingan guru.
“Pembelajaran di sekolah ini tidak selalu terpaku pada buku dan kertas ujian. Mereka bebas berkreasi dan mengembangkan materi yang diajarkan, namun tetap dalam batas pengawasan guru dan orangtua,” paparnya.
Hal ini, tambahnya, berdampak pada kerjasama dan sinergi yang baik antara guru, siswa, dan orangtua untuk mendukung program belajar siswa selama di sekolah.
“Satu poin besar juga yang saya dapatkan di sini adalah berbicara bahasa Inggris itu butuh atmosfer lingkungan yang kuat dan include dalam pembelajaran sehari-hari,” tegasnya.
Don’t be hesitate in speaking English! (Vita)
Discussion about this post