PWMU.CO – Sabtu (11/03/2018) auditorium Din Syamsuddin SD Muhammadiyah 4 Pucang Surabaya dipenuhi guru Muhammadiyah yang semringah. Pasalnya Dr Dwi Ilham Rahardjo pemateri workshop pendidikan kala itu melontarkan analogi lucu.
“Di Sekolah Hutan muridnya beraneka ragam. Dari burung, ikan, kelinci, monyet, hingga gajah. Pelajarannya pun ada berenang, memanjat, terbang, dan berlari. Itulah ibarat pendidikan Indonesia saat ini,” paparnya saat menjawab pertanyaan guru tentang murid yang nilainya tak kunjung meningkat.
Kemudian ia menjelaskan analogi tersebut dengan gambar-gambar unik. Seperti kelinci berjaket yang sedang flu lantaran dipaksa belajar berenang, elang yang menangis usai pelajaran berlari, juga bebek yang meringis saat pelajaran memanjat.
“Begitu pula murid kita yang tidak bakat di Matematika, jangan dipaksa menyamai anak yang berbakat di sana. Pun di pelajaran bahasa, olah raga, dan ilmu pengetahuan lainnya. Kalau masih ada yang nilainya jelek di semua bidang, percayalah bahwa Allah memberi kelebihan pada tiap hambanya,” tutur widyaiswara Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan Jatim tersebut.
Gambar lucu yang ditampilkan tak habisnya mengundang tawa peserta pelatihan yang bertema “Menjadi Guru Loyal dan Profesional di Era Digital” ini. Setelah gelegar tawa mereda, Ilham memberi nasihat penting untuk guru-guru Muhammadiyah dari berbagai daerah tersebut, “Maka jangan harap monyet dapat nilai sembilan di pelajaran berenang. Asah kemampuannya di pelajaran memanjat niscaya Anda akan menemukan bakatnya yang luar biasa.”
Ia pun menambahkan pengalamannya menghadapi kemenakannya yang dicap “bodoh” oleh orangtuanya. Suatu hari ilham menemukannya tak kunjung pulang dari bengkel otomotif dan mendapat pujian dari sang pemilik bengkel. Mulai saat itu Ilham mengarahkan bakatnya dan berhasil menemukan hal yang istimewa di balik anak “bodoh” ini. (Erfin Walida)