PWMU.CO – Wakil Ketua Lembaga Pengembangan Cabang Ranting (LPCR) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur Drs H Nugroho Hadi Kusuma MSi menegaskan kepada para kader Muhammadiyah Brondong Lamongan agar jangan sak penake dewe ngurusi (seenaknya saja mengurus) Muhammadiyah.
Hal ini disampaikan dalam acara Turba dan Pengajian Pimpinan yang diselenggarakan oleh Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Brondong di Masjid Al Azhar Muhammadiyah Sendangharjo Brondong Lamongan (17/03).
“Kita harus serius mengurus dan menata Persyarikatan ini. Karena tidak ada di Muhammadiyah ini orang-orang yang tidak potensial,” ujar Nugroho sembari mengutip surat Ash Shaf ayat 4 yang memiliki arti sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berperang di jalanNya dalam barisan yang teratur seakan-akan seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.
Nugroho menyampaikan, LPCR melakukan kajian dan memberikan empat kategori kepada ranting-ranting seluruh Indonesia dengan warna kuning, ungu, hijau.
Pertama, warna kuning diperuntukkan bagi ranting yang hidup tapi mati. “Ranting ini besar. Isinya Muhammadiyah sangat besar tapi pengajian mati. Orangnya ada tapi kegiatan tidak ada. Aisyiyah hanya ada seragamnya tapi amal usaha tidak ada,” katanya menyindir.
Kedua, warna ungu yakni untuk ranting yang hidup tapi tidak memiliki orientasi pergerakan. “Ranting ini hidup, organisasinya tertata. Tapi tidak memiliki orientasi ke mana ranting akan bergerak. Asal berkumpul, asal ada kegiatan, begitu setiap hari,” urainya.
Ketiga, ranting yang benar-benar memiliki visi pengembangan. “Ada salah satu ranting yang tidak memiliki akses transportasi. Letaknya di atas gunung, tapi setiap kajian Ahad pagi kumpul 8 ribu orang. Sekali kajian, infak mencapai Rp 38 juta. Ranting ini pun selalu berinovasi mendirikan amal usaha yang bermacam – macam, contoh ini ada di Gunung Kidul Yogyakarta,” imbuhnya.
Keempat, ranting yang memiliki gerakan jamaah secara total diberikan warna hijau. “Ranting ini bergerak. Ortomnya ditata. Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) hidup, Pemuda Muhammadiyah hidup, Nasyiatul Aisyiyah hidup. Ekonominya maju. Masjidnya saja setiap bulan bisa menghasilkan Rp 4 milyar. Bahkan ranting ini bisa membantu mendirikan PWM. Ranting ini ada di Banjarmasin,”
Nugroho berpesan agar Sendangharjo atau Pimpinan Cabang Muhamamdiyah Brondong menjadi contoh bagi ranting yang lain. Dan turba ini jangan hanya menjadi ajang mendengarkan ceramah. Tapi harus menjadi spirit gerakan untuk menghidupkan rantingnya masing-masing. (Nely Izzatul Maimanah)