PWMU.CO – Dosen Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) Ustadz Musfiqon mengaku prihatin dengan kondisi moral generasi muda saat ini. Mereka bahkan seringkali menjauh dengan lingkungan keagamaan. Hal itu disampaikan Musfiqon dalam Pengajian Jum’at Pagi (JumPa) yang diadakan Majlis Tabligh PCM Babat.
“Marilah kita lihat sekarang. Banyakkah remaja yang mengikuti pengajian ini? Sebagian besar orang tua. Lalu dimanakah anak-anak kita?” ujarnya kepada para jamaah pengajian yang berada di Masjid Taqwa Babat – Lamongan, Jumat (16/3).
Musfiqon mengatakan, anak-anak yang dikirim ke sekolah tidak berbasis agama, maka akan mudah tersesat. Terutama terjerumus dalam narkoba.
“Kini kita menghadapi perang asimetris. Perang tanpa menggunakan senjata. Namun, korbannya lebih banyak dibanding perang simetris,” tuturnya.
Dia menerangkan, perang asimetris menggunakan, kekuatan ekonomi, politik, budaya, dan narkoba. Di bidang ekonomi, dapat dilihat dari hal yang paling kecil, seperti kancing baju, dan jarum. Semuanya buatan luar negeri. Di lingkup budaya dan narkoba, Indonesia juga berada dalam bahaya.
“Kalau remaja sudah kecanduan narkoba, maka rusaklah otak mereka dan rusak pula pola berpikirnya. Ditambah lagi budaya ngopi. Kalau dulu era 70 dan 80-an yang ngopi adalah orang-orang tua. Sekarang anak-anak SD sudah ngopi sambil memainkan HP-nya,” ujar Musfiqon.
Menurut dia, generasi emas harus disiapkan seperti pohon pisang yang mampu melahirkan penerus bermanfaat. “Kita telah diingatkan dalam Surat An-Nisa’ ayat: 9. Arti dari ayat itu adalah: Hendaklah takut orang-orang yang sèandainya di belakang mereka generasi yang lemah kesejahteraan mereka,” tuturnya.
Asbabun nuzul (latar belakang turun ayat) dari ayat tersebut adalah ketika Rasulullah SAW menjenguk Sa’ad bin Abi Waqqosh. Sa’ad kemudian menanyakan persoalan waris.
“Saad bertanya: Ya Rasulullah, Saya seorang yang mempunyai harta dan saya tidak punya ahli waris kecuali seorang anak perempuan. Bagaimana kalau saya menyedekahkan dua pertiga harta saya? Nabi menjawab: Tidak boleh!”
Tidak berhenti di situ, Sa’ad kembali menanyakan bagaimana kalau setengah hartanya disedekahkan. “Saad bertanya lagi: Bagaimana kalau separo? Rasulullah dengan tegas kembali menjawab: Jangan!”
Akhirnya, Sa’ad baru diperbolehkan ketika bermaksud menyedekahkan hartanya sebanyak sepertiga. Rasulullah pun mengingatkan bahwa jangan meninggalkan ahli waris dalam keadaan susah.
“Sa’ad kembali bertanya: Bagaimana kalau sepertiga. Rasulullah berkata: Sudah banyak. Kemudian Rasulullah mengingatkat: Sesungguhnya kamu bila meninggalkan ahli warismu dalam keadaan berkecukupan adalah baik daripada membiarkan mereka dalam keadaan miskin dan meminta-minta orang lain,” demikian terjemahan sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari-Muslim.
Musfiqon menjelaskan, dari ayat dan hadits itu umat Islam diingatkan agar jangan sampai meninggalkan generasi yang lemah iman, lemah ekonomi, dan lemah politik. Oleh karena itu, orang tua berkewajiban untuk menyiapkan generasi dengan tiga hal.
Pertama, pendidikan keimanan. Kuatnya keimanan sangat penting agar generasi tidak selalu ikut arah angin. Mudah sekali berubah-ubah prinsipnya. Kedua: pendidikan akhlak. Pendidikan akhlak harus diutamakan. Sebab kini sifat tawadhu’ sudah langka.
Ketiga, pendidikan generasi. Di zaman now, ghirah (semangat) untuk mengajak amar ma’ruf nahi munkar sudah berkurang dan perlu untuk digiatkan kembali.
Umat Islam bertanggung jawab menyiapkan generasi emas, sebab akan ditanya Allah Swt.
“Dalam hadits yang diriwayatkan Tirmidzi: Tidak akan bergeser kaki seorang hamba sampai ditanya untuk apa umurnya dihabiskan dàn tentang ilmunya bagaimana dia mengamalkannya. Tentang hartanya dari mana diperoleh dan ke mana dibelanjakan. Dan tubuhnya untuk apa digunakan,” kata Musfiqon mengakhiri ceramahnya. (Hilman Sueb)