PWMU.CO-Kotor ternyata tidak selamanya jelek. Bagi anak-anak, kotor justru mengasyikkan. Selain bisa bermain, juga bisa mendapatkan ilmu berharga. Itulah yang terlihat dalam kegiatan outdoor siswa SD Muhammadiyah 2 Gresik (SD Muda Ceria) di kawasan Wisata Edukasi Agro Sayur Tegal Seruwan di Dusun Grogol Masangan, Kecamatan Bungah, Kabupaten Gresik, Ahad (19/3/2018).
“Dengan kotor mereka bisa menemukan dan mempelajari hal baru serta dapat mengekplorasikan ekpresinya dengan alam,” kata Fajar Ambaristi, S.Pd yang juga ikut mendampingi siswa ke wisata edukasi.
Bagi SD Muda Ceria, kegiatan semacam ini bukan hanya kali pertama dilakukan. Ini merupakan kegiatan rutinitas setiap semester, sehingga siswa bukan hanya punya pemahaman secara teoritik, tetapi juga tahu di lapangan. Dalam kegiatanya di lokasi wisata edukasi, anak-anak dibimbing salah satu pemandu wisata, Sunarsih.
Mereka diajak untuk berekpresi dengan alam. Para siswa diajak bersama-sama untuk pengenalan lebih dulu, kemudian dilanjut dengan melakukan kegiatan ice breaking dan pengenalan bibit padi sayur bayam dan kangkung. “Setelah selesai kita belajar bagaimana cara menanam sayur, menebarkan benih atau biji-bijian, nanti kita tutup dengan pupuk. Kita tunggu 21 hari, sayur siap dipanen,” jelas Sunarsih pada anak-anak.
Terlihat, semua siswa menikmati setiap tahapan kegiatan yang dajarkan Sunarsih, mulai dari memilih benih, memetik, hingga menanam. Tak ada rasa canggung sama sekali, meski tidak sedikit dari mereka harus berlumuran kotoran lumpur. Yang terjadi justru keceriaan selama kegiatan hingga selesai. “Yang
paling seru pada edukasi ini adalah saat anak-anak kita ajak untuk menanam padi karena saat menanam anak-anak masuk lumpur dan bermain kotor,” kisah Bunda Suna — sapaan akrab Sunarsih. Pada tahapan ini anak-anak menanam padi dengan cara berjalan mundur sehingga banyak yang jatuh. Pakaiannya pun jadi kotor.
Di tempat yang sama, Fajar Ambaristi menjelaskan bahwa kegiatan ini dilakukan untuk menumbuhkan kesadaran lingkungan sejak dini kepada anak didik. Mereka, lanjut Ambar –panggilan akrab Fajar Ambaristi– bisa mengenal alam dan lingkungan sekitar yang keberadaannya saling menghasilkan dan saling membutuhkan satu sama lain. Manusia membutuhkan alam dan alam membutuhkan manusia untuk memanfaatkan dan memeliharanya. “Di kegiatan ini, kita ingin beri penyadaran dan membuktikan itu,” tutur dia.
Ditambahkan, kata-kata “Awas Kotor” seringkali terucap dari mulut orang tua pada anak-anaknya saat bermain, tetapi bagi anak-anak, kotor jutru mengasyikkan. Untuk itu, pihaknya ingin menjembatani sekaligus mengkomunikasikan dengan kegiatan ke wisata edukasi. Ia menyatakan kunjungan ke wisata ini merupakan penerapan dari pelajaran tematik yang selama ini diajarkan di sekolah semester dua. “Kita ajarkan bagaimana mengenal alam, mengenal berbagai sayuran, dan cara menanam dan memanen,” terang dia.
Kegiatan outdoor ini dilakukan satu tahun dua kali. Pada semster satu lalu, tambah dia, kegiatan serupa dilakukan di Joglo Mojokerto dan sekarang ke wisata edukasi agro sayur tegal Seruwan.
Sementara itu, pemilik wisata edukasi agro sayur Tegal Seruwan, Ahmad Mulyono, ST saat ditemui menjelasnkan bahwa awal dari adanya tempat ini adalah kebutuhan dan masukan dari teman-teman guru yang pada saat itu membutuhkan lahan untuk penerapan dari materi tentang lingkungan. Pihaknya lalu merintis membangun wisata ini pada 2016 bersama keluarga.
“Kita tidak berorientasi bisnis melainkan ingin membantu dalam hal edukasi tentang lingkungan. Alhamdulillah mulai tahun 2017 sampai sekarang hampir setiap hari ada kunjungan dari berbagai instansi PAU/TK dan SD,” kata Mulyono. Mulyono yang juga guru SBK pada salah satu madrasah ibtidaiyah di Dusun Grogol ini mengaku para pengunjung rata-rata senang saat datang kesini. Mereka bisa mengenal alam dan mengenal kotor.
Bisnis wisata edukasi Mulyono berjalan cukup baik. Kini Mulyono mempunyai 10 pegawai yang rata-rata penduduk sekitar untuk mengelola wisata edukasinya tersebut. “Tujuan dari adanya tempat ini adalah bisa memberdayakan pemuda-pemuda sekitar, bisa memanfaatkan tanah di desa, dan bisa menaikkan harga hasil panen yang ada di desa ini,” aku dia.
Aqil Abdul Rafif kelas II Nyai Ahmad Dahlan saat ditemui merasa senang. Salah satu siswa SD Muda Ceria ini mengaku sudah sering main lumpur di sawah. “Jadi, saya gak takut kotor, malah becek-becek asyik saat nanam padi, sambil tertawa riang dan bajunya penuh lumpur,” aku dia. (Ian Ianah)
Discussion about this post