PWMU.CO– Ujian praktek Seni Budaya dan Keterampilan kelas 9 di SMP Muhamamdiyah 4 Tanggul (SMP Muhata) dilaksanaknan dengan materi menyiapkan menu makan siang, Jum’at (23/3/2018). Sama seperti pada ujian praktek sebelumnya, siswa dibagi jadi beberapa kelompok, masing-masing terdiri dari 6-7 siswa.
“Bu guru yang menentukan anggota kelompoknya, tidak usah pilih–pilih,” tegas Guru SBK, Humaiyah, S.Pd.
Penegasan Humaiyah disampaikan karena beberapa hari lalu anak–anak ternyata masih bersikeras ingin menentukan sendiri anggota kelompoknya sendiri. “Bu Guru ingin kalian bisa bekerja sama dengan teman yang selama ini kurang akrab, belajar menghargai dan menghormati juga,” lanjut Humaiyah.
Persis setelah apel Hizbul Wathan (HW), ujian praktek memasak dimulai. Semua kelompok mempersiapkan alat dan bahan yang akan diolah. Sop bakso dengan dadar telur sosis menjadi menu andalan kelompok Riska. Tempe penyet dengan sayur bening masakan yang akan diolah kelompok Wanti dan tempe penyet dengan minuman lemon tea menjadi andalan kelompok Hafidz.
Semua bekerja sesuai dengan tugasnya. Terlihat Hafidz asyik membuat ramuan lemon tea, tak cukup sekali Hafidz mencicipi minumannya. Anam mengukir timun sebagai hiasan. Ghofur mengupas terong. Tapi ada juga Ismail yang mondar-mandir membeli sesuatu ke warung sebelah sekolah. “Bu Guru, Aziz nangis,” teriak Selvia Rosyidah.
Semua kaget mendengarnya. Ketika dihampiri baru tahu penyebab Aziz menangis. Matanya pedih tak tahan dengan aroma bawang merah. Kontan saja, para siswa termasuk gurunya tertawa.
Yang menarik lagi, Siti Hernawati menimang–nimang empon-empon dengan ekspresi kebingungan. Sambil sesekali bertanya kepada Richa Aprilia, teman satu kelompoknya. “Ada apa, Mbak Wanti. Kelihatan bingung sekali?” tanya Guru Humaiyah.
“Bu, ini kencur atau kunci?” tanya dia sambil menyerahkan empon–empon.
“Ini kencur buat bumbu sambel kacang dan yang ini kunci untuk bumbu sayur bening, Mbak,” jelas Bu Guru.
Tak lama, para siswa menuntaskan semua masakannya. Masing-masing kelompok kemudian menata makanan di meja makan dengan semenarik mungkin (table manner). Humaiyah,S.Pd dan Jimi Priyo Assiddiqi memberikan penilaian terhadap karya mereka. Ada yang menarik ketika semua selesai dinilai dan dilanjutkan makan siang bersama kelompok masing–masing. Ada beberapa anggota kelompok mendatangi adik kelas yang sedang asyik bermain di teras sekolah. Mereka menyuapinya satu persatu.
“Seneng, Bu. Seperti menyuapi adik di rumah. Sekalian ingin menunjukkan kalau saya juga bisa masak dan masakan saya enak, ” tutur Selvia.
Humaiyah mengatakan pihaknya sengaja melakukan ujian praktek dengan memasak, sebab kegiatan seperti ini kurang diminati. Apalagi kids jaman now yang hidup dengan segala hal yang sangat mudah. Ingin makan cepat dan kenyang, cukup buat mie saja. Begitu juga ketika ingin makan tidak usah repot, beli ke warung tegal (warteg). Tanpa memperhatikan nilai gizi dan kesehatannya. “Selain bisa memberkan ajaran nilai gizi, juga untuk bangun kebersamaan di antara siswa,” tutur dia. (Humaiyah)