PWMU.CO – Untuk memperluas cakrawala pengelolaan taman baca, berguru ke komunitas lain patut dilakukan. Ini pula yang dilakukan oleh komunitas Gubuk Literasi Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) Ponorogo dengan mengunjungi perpustakaan Masjid Gedhe Kauman, Yogyakarta, Ahad (01/04). Kunjungan dimanfaatkan untuk diskusi dan tukar ilmu bagaimana mengelola pusat literasi.
Sekitar 10 orang perwakilan dari Ponorogo yang dipimpin Nushrat Uyun, berusaha mengetahui banyak hal tentang keberadaan perpustakaan Masjid Gedhe, kegiatan serta pengelolaannya. Rata-rata pengurus dari perpustakaan masjid Gedhe merupakan mahasiswa dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang rerata berasal dari luar Kauman.
Untuk itu, mulai tahun ini, pengelola perpustakaan Masjid Kauman merangkul pemuda Kauman mulai dari siswa SMP dan SMA. Tentu saja bertujuan agar pengelolaan perpustakaan ini melibatkan warga setempat. “Perpus ini buka setiap hari Senin sampai hari Sabtu,” cerita Ketua Perpustakaan Masjid Gedhe Kauman, Nana Yuliana.
Untuk menumbuhkan literasi, tambah Nana, berarti harus berani untuk berkarya. Perpustakaan Masjid Gedhe memiliki ruang kids corner, khusus untuk anak-anak belajar dan bermain. Selain itu, kegiatan fun, seperti perpustakaan keliling Kauman dengan sepeda hias, yang sebelumnya dengan menggunakan gerobak menjadi hal yang unik dan menarik. “Konsep yang digunakan dari sepeda hias ini sepeda berjalan dan berhenti sekitar 15 sampai 20 menit di setiap RW-RW di Kauman.”
Kegiatan yang lain seperti bedah buku, literasi tadarus, dan melakukan eksperimen semacam membuat robot sederhana dari sikat gigi, bimbel untuk anak-anak. “Kami ingin kegiatan-kegiatan ini menyentuh juga untuk masyarakat di luar Kauman. Sering mengadakan kegiatan bersama, intinya bagi kami organisasi rasa komunitas, yang penting kegiatan itu suka sama suka, buat semua anggota suka di kegiatan kita,” jelas Nana.
Nushrat Uyun koordinator dari komunitas Gubuk Literasi menyampaikan, “Awal datang ke Jogja tumbuh rasa samangat begitu besar dan hati rasanya sumringah. Bahagia, kami bisa mengetahui perjuangan para penggerak literasi di Jogja. Banyak ilmu yang kami dapat disana. Kami ingin mencoba mengadopsi dan menerapkannya di Ponorogo,” harap Uyun.
Selamat mencoba! (afi)