PWMU.CO-Dalam Islam berjabat tangan saat bertemu atau berpisah bukan sekadar sopan santun pergaulan. Tetapi mempunyai nilai ibadah. Menurut keyakinan Islam, dua orang muslim berjabat tangan saat bertemu atau berpisah menggugurkan semua dosa.
Hal itu dibahas dalam kajian kitab Riyadhusshalihin oleh Imam Subari di Masjid Attaqwa Dukuh Bulak Banteng Perintis Utama 2/1 Kenjeran Surabaya, Ahad (01/04/18) petang
Imam Subari menjelaskan, ada sebuah hadits diriwayatkan oleh Attirmidzi dari Anas ra, qaala rajulun, ya Rasulullah, arrajulu minnaa yalqaa akhaahu au shadiiqahu. Artinya, ada seorang lelaki bertanya, ya Rasulullah, ada seorang yang bertemu kawan, maka ya rasul apa sesungguhnya yang seharusnya dilakukan?
Baca Juga: Kajian Mahasiswa Hafidz Al Quran UMSurabaya Sebagai Penguatan Ideologi Muhammadiyah
”Apa yang menjadi keakraban mereka berdua kalau bertemu, apa yang akan mengaitkan atau mengikat, apa yang bisa saling mengikat antara kedua orang atau lebih apabila betemu? Maka kata Rasulullah saw sesuatu yang bisa mengikat sesama itu adalah apabila bertemu berjabat tangan,” papar Ketua KBIH Muhammadiyah Surabaya itu.
Menurut Imam Subari, kalau kita bertemu berjabat tangan itu akan mengikat hati di antara kita. Maka hati ini akan terpaut, ada keterkaitan hati seseorang karena berjabat tangan, tidak ada orang yang berjabat tangan hatinya bercerai berai kecuali dibuat-buat. ”Apabika kita bertemu dengan seorang muslim kemudian berjabat tangan maka dilepaskan atau digugurkan dosa-dosanya sampai dia melepaskan jabatan tangannya,” papar dia.
Dalam hadits yang lain, kata Imam Subari, juga dikatakan, dari Shofwan berkata, ada seorang Yahudi yang mengajak temannya datang kepada Nabi, dimana orang Yahudi ini bergurau tentang Nabi. Begitu datang kepada Nabi, ia bertanya tentang sembilan ayat-ayat Alquran yang dianggap lelucon.
“Ya Rasul saya ingin bertemu engkau,” kata orang Yahudi tadi. Maka Nabi bertanya, “Apakah kamu sudah Islam?”
“Iya,” jawab si Yahudi padahal dia belum Islam. Maka Nabi menyuruh dia kembali keluar dan masuk lagi dengan mengucapkan salam, setelah itu berjabat tangan, dirangkul oleh Nabi, setelah dirangkul oleh Nabi maka orang ini langsung tunduk, mencium tangan dan kaki Nabi. Maka kemudian Nabi menegaskan cukup mencium tangan saja kaki tidak usah.
Ustadz Imam menambahkan hadits lagi tentang mencium tangan orangtua atau yang kita hormati. Hadits dari Ibnu Umar pernah bercerita bahwa kami mendekat kepada Rasulullah dan mencium tangannya. Ketika suatu peperangan melarikan diri kemudian setelah kami berhenti apakah yang harus kami lakukan setelah mendapat murka Allah maka kami kembali kepada Nabi dan mencium tangannya. ”Ini artinya berjabat tangan, mencium tangan juga boleh kepada orang tua, orang yang kita hormati, tapi jangan berlebih-lebihan dan juga sesuai dengan syariat yang sudah ditentukan oleh Allah dan Nabinya,” kata Imam Subari. (Habibie)
Discussion about this post