PWMU.CO – Menjadi sahabat anak jaman now harus sabar dan telaten. Karena anak kecil tidak suka dibanding-bandingkan, tidak suka dimarahi, dan cenderung lebih kritis. Hal tersebut disampaikan oleh Dr Umi Dayati saat menjadi narasumber parenting di SD Muhammadiyah 4 kota Malang, sebelum membagikan raport Sabtu (7/4/2018) pagi, di halaman kampus 2 SD Muhammadiyah 4 Tasikmadu, Kota Malang.
Acara parenting tersebut digelar dengan tema Bersahabat Dengan Anak Jaman Now, yang diikuti oleh seluruh orang tua dan walimurid SD Muhammadiyah 4 kota Malang. Umi Dayati mengatakan saat ini kita sadari atau tidak membentuk karakter anak jaman sekarang susah susah gampang, kadang perlu tegas kadang juga harus lembut. “Mendidik anak jaman sekarang itu seperti di bawah alam sadar, tidak disadari tiba-tiba anak sudah bisa ini dan itu,” ujarnya.
Kemudian Umi mencontohkan beberapa iklan yang tidak disadari telah menayangkan di televisi atau media lainnya yang ditayangkan berulang-ulang. Tanpa disadari, anak-anak telah melakukan atau mengucapkan yang disampaikan oleh pengiklan tersebut. “Nah, itulah kita dan anak-anak kita ketika mendengar, melihat apa yang ada disekitarnya, dan cenderung menirukan atau mencobanya,” tuturnya mengingatkan orangtua dan wali murid yang hadir.
Menurut Umi, jangan pernah berharap anak menjadi lebih baik jika di rumah tidak pernah ditunjukkan hal-hal baik yang dilihat, didengar, dan dirasakan oleh anak. “Jangan berharap anak bisa shalat dengan baik jika orang tuanya tidak mencontohkan shalat yang baik pula, dan seterusnya,” ujar umi Dayati mencontohkan.
Orangtua adalah pantulan anak, jika menyuruh anak belajar maka orang tua juga harus mencontohkan belajar. “Ciptakan atmosfer di rumah yang dengan hal-hal yang baik dan mendukung perkembangan anak kedepan,” ujarnya.
Umi mengajak orangtua dalam pendidikan anak jaman now jangan mengatakan kata ‘tidak’ atau ‘jangan’. Kkarena itu akan diterima oleh anak dengan pola pikir yang berlawanan. “Makanya tidak heran jika ada anak dilarang main, saat itu pula anak akan berfikir akan mencoba bermain. Jika dilarang nakal, maka di dalam pikiran anak akan berfikir akan mencoba nakal.
“Karena anak pada dasarnya memiliki rasa penasaran yang tinggi atas larangan tersebut,” paparnya. “Anak sekarang lebih kritis, makanya jadi orangtua jangan lebay,” pesannya lagi.
Di akhir sesi, Umi berpesan agar orangtua harus ektra mendampingi anak saat tidak di sekolah. “Karena 80% pembentukan karakter anak ditentukan dirumah atau diluar sekolah, sedangkan di sekolah hanya 20an %,” pungkasnya. (izzudin)