PWMU.CO–Urban farming digalakkan oleh Pemkot Surabaya. Salah satu sistem yang dipakai adalah pertanian hidroponik seperti yang dibuat di SD Muhammadiyah 18 Mulyorejo Surabaya.
Kebun hidroponik ini dikembangkan oleh guru dibantu Muhammad Nurmasyah dan M Ilham Cahya Mulyadi, mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida).
”Awal kebun ini saat rombongan SD Muhammadiyah 18 melihat stan Umsida di pameran Tanwir Aisyiyah, kemudian meminta bantuan membuat di sekolah, ” jelas Nurmasyah ditemui di sela waktu memberikan cairan nutrisi tanaman sawi di kebun, Sabtu (7/4/2018).
Baca Juga: Selain Hafal Alquran, Santri Pondok Ini Sukses Bertani Hidroponik
Kebun hidroponik memanfaatkan lantai 4 gedung SD yang kosong. Di situ dibangun rak-rak tempat pembibitan. Tempat menanam berupa pipa paralon dilubangi di susun bertingkat. Lubang itu untuk memasukkan pot berisi bibit tanaman.
Sayuran yang ditanam sawi dan selada. Pembudidayaan tanaman dengan hidroponik ini membutuhkan cahaya matahari, nutrisi, udara dan air yang cukup. Langkah awal, tentunya dengan mempersiapkan media tanam berupa rockwool dan instalasi untuk menanam.
”Rockwool sebagai media tanam menggantikan tanah, sehingga praktis untuk dilakukan baik di rumah maupun di lahan dengan keterbatasan tanah. Selain itu kami juga menggunakan DFT (Deep Flow Technique) sebagai sistem pengairan hidroponik,” ujar Nurmasyah.
Ilham, rekannya, menerangkan, DFT sistem hidroponik ini memiliki keunggulan, ketika listrik padam. Listrik digunakan untuk sirkulasi air menuju pipa-pipa dengan pompa. Namun, ketika listrik padam tidak akan ada kekhawatiran tanaman akan kekurangan air, karena terdapat sisa air dan nutrisi di dalam pipa.
Nurmasyah memaparkan, nutrisi yang diberikan khusus untuk budi daya tanaman secara hidroponik juga tidak sembarangan. Harus sesuai dengan kebutuhan masing-masing tanaman. Nutrisi terdiri dari air dan larutan nutrient.
Ada seribu lebih tanaman hidroponik yang secara langsung dan pertama kali dikelola oleh SD Muhammadiyah 18 Surabaya, juga menjadi pengalaman baru bagi kedua mahasiswa yang biasanya hanya menanam sekitar 600 saja.
Guru SD Muhammadiyah 18 Achmad Barizi menjelaskan, kebun bertani hidroponik ini sebagai pembelajaran para guru dalam meningkatkan kreativitas, inovasi dan mengembangkan serta memanfaatkan sarana sekolah sebagai media pembelajaran siswa dalam bercocok tanam.
”Ini juga pengalaman pertama yang benar-benar baru bagi kami dengan harapan kebun ini akan menjadi labratorium pembelajaran bagi siswa-siswi kami,” katanya. (Mitha)
Discussion about this post