PWMU.CO – Untuk menjadikan anak hebat, orang tua harus hebat terlebih dahulu. Motivator Normalia SPsi MPdI menyampaikan pernyataan itu dalam kegiatan Parenting Education bertema “Motivasi Kasih Sayang kepada Anak: Melejitkan Potensi Anak”, yang diadakan SD Muhammadiyah 1 (Mutu) Gresik, Selasa, (17/4/18).
Untuk menjadi hebat, menurut Norma—panggilannya—orangtua harus memahami empat hal. Pertama, memiliki tujuan pengasuhan. Dia menjelaskan, dalam sebuah hadis, ketika ditanya oleh seorang Sahabat tentang hak anak dari orangtua Nabi SAW menjawab, “Memberinya nama yang baik, mendidik adab yang baik, dan memberi kedudukan yang baik (dalam hatimu).”
Kedua, memahami jenis potensi anak. “Di sini orangtua harus memahami apa kebutuhan dasar anak, apa potensi anak kita. Anak yang cerdas hati, pahami kebutuhan emosional spiritualnya. Anak yang cerdas pikirnya, kita dukung kompetensinya. Dan anak yang cerdas perilakunya perbanyak praktiknya,” pesannya.
Ketiga, sambungnya, bisa mendeteksi potensi anak, dengan mengenali kecerdasan majemuk, kecerdasan kinestetis, linguistik, spasial, natural, mathematis, dan lainnya.
“Keempat, menjadi orangtua hebat dengan melejitkan potensi anak, mendukung kesehatannya, melejitkan kecerdasan majemuk anak, serta melejitkan emosional dan spiritualnya,” jelasnya. Norma juga mengajak orangtua untuk selalu mengupdate pola asuh anak sesuai dengan perkembangan zaman.
Sementara itu Ketua Komite SD Mutu Gresik Mohammad Saudi SPsi memgajak orang tua tidak acuh kepada anak. “Orangtua harus selalu belajar dan belajar meng-update informasi bagaimana mengatur pola asuh kepada anak-anak kita di zaman yang penuh tantangan ini,” tuturnya dalam sambutan pembukaan acara.
Ketua Majelis Dikdasmen Pimpinan Cabang Muhamamdiyah Gresik Ir Achmad Subagyono meminta agar orangtua mewaspadai anak-anak dalam bermain telepon genggam. “Karena HP sungguh bisa menjadi alat yang menghancurkan bila tidak di awasi dengan benar oleh orangtua,” ujarnya.
Yoyon—panggilan akrabnya—mengingatkan, membentuk karakter akhlak pada anak-anak adalah tanggung jawab bersama: guru di sekolah dan orang tua saat di rumah.
“Semua harus saling mendukung, jangan sampai di sekolah anak-anak selalu diingatkan hal yang baik, misalanya anak- anak disuruh berjilbab, tapi orangtua di rumah tidak berjilbab. Atau anak-anak disuruh shalat tapi orang tua tidak melakukan,” jelas Yoyon. (Lilik Isnawati)