PWMU.CO – Bagaimana jika para alumi senior sebuah pesantren berbicara tentang kenangan tinggal tempo dulu dan success stories-nya di depan para juniornya? Pasti seru dan menarik. “Punya warna sendiri, tahun ini,” kata KH Abdul Muhaimin, Mudir Pondok Pesantren (Ponpes) Muhammadiyah Babat. “Saya pribadi menyampaikan terima kasih atas kedatangan (alumni) di acara Haflah Akhirussanah sehingga semuanya bisa berjalan lancar.”
Acara pelepasan santri yang berlangsung Ahad (1/5) di Ponpes yang diresmikan tahun 1982 oleh Ketua PP Muhammadiyah (alm) KH AR Fakhruddin ini, memang agak berbeda dari tahun sebelumnya. Adalah Ustadz Jumain, salah seorang pengasuh Ponpes, yang punya ide ini. “Bagaimana kalau pada acara Haflah tahun ini, para alumni yang mengisi? Mungkin, perlu 4 atau 5 alumni untuk bercerita kenangan masa lalu dan kisah sukses saat ini,” katanya, sebulan sebelum acara ini akan berlangsung.
Jumain berharap, para alumni itu bisa membangkitkan semangat para santri saat ini. “Kisah masa lalu penting untuk menujukkan bahwa keadaan pesantren, kini jauh lebih baik. Sehingga para santri tidak merasa kecil hati,” kata Guru SMPN Maduran ini. “Sedangkan kisah sukses alumni, dimaksudkan untuk memacu motivasi bahwa santri itu bisa sukses dalam kehidupan bermasyarakat.”
(Baca juga: Pesantren Muhammadiyah Babat Apresiasi Kepedulian Alumni)
Gayung pun bersambut. Beberapa alumni berkoordinasi untuk “memilih” siapa yang akan menjadi “penceramah” dalam pidato estafet itu. Seperti disampaikan Jumain, mereka diharapkan bisa mewakili profesi yang berbeda; atau tahun angkatan yang berbeda, sehingga nuansa pengalaman yang akan diceritakan bervariasi.
Maka ditunjuk lima orang alumni. Yang pertama adalah Hadi Suprapto, seorang kandidat doktor yang tercatat sebagai dosen di Universitas Mulawarman, Samarinda, Kalimantan Timur. “Dengan menjadi santri, adik-adik akan punya kelebihan dibanding yang tidak nyantri,” kata Hadi saat berbicara pada acara Haflah, Ahad lalu.
(Baca juga: Malam Inagurasi Siapkan Santriwati Pesantren Muhammadiyah Babat Hadapi UN)
Hadi kemudian menceritakan pengalamannya saat ditunjuk menjadi Sekretaris Lembaga Pengkajian Pangan Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI) Provinsi Kalimantan Timur, tahun 2011-2014. “Karena background saya pesantren, maka saya ditunjuk MUI. Pesantren itu kelebihan yang saya miliki di samping bidang saya di dunia pangan. Urusan halal-haram dalam dunia pangan, klop untuk saya tangani.” katanya.
Hadi mengaku, sebenarnya ia tak percaya bisa sesukses sekarang, jika mengingat masa lalu di pesantren, “Saya dulu sering menggoda teman santri yang sedang belajar.” Hadi pun memberi motivasi pada adik-adik santri, terutama yang akan lulus, “Bekal di pondok akan sangat bermanfaat bagi kehidupan adik-adik kelak. Meskipun sekarang kelihatan biasa saja,” pesan Hadi. Baca sambungan di halaman 2 …