PWMU.CO – Dalam bahasa Indonesia, untuk kehadiran apa dan siapapun memakai istilah yang sama: selamat datang. Hal ini juga berlaku untuk bulan Ramadhan. Namun, di bahasa Arab, meski sama-sama selamat datang, ternyata tidak selamanya menggunakan istilah yang sama pula. Khusus kedatangan bulan Ramadhan, bahasa Arab menggunakan istilah “marhaban”, bukan “ahlan wa sahlan”.
Perbedaan marhaban dan ahlan wa sahlan ini secara singkat dijelaskan oleh Wakil Sekretaris Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jatim, DR Biyanto, dalam Pengajian Ahad Pagi Jelang Ramadhan di kompleks Gedung Dakwah Muhammadiyah Kota Probolinggo, (6/5). Mengawali ceramahnya, Biyanto mengajak hadirin bersyukur pada Allah Swt atas segala rahmat dan karunia-Nya.
Selanjutnya, Biyanto mengajak jamaah untuk menyambut Ramadhan seraya mengucapkan, “Marhaban ya Ramadhan”. Ungkapan ini bermakna masing-masing pribadi harus menyiapkan fisik yang prima dan hati yang lapang untuk ditaburi nilai-nilai kebaikan di bulan Ramadhan.
“Meski sama-sama berarti selamat datang, para ulama kita menggunakan istilah ‘marhaban’, bukan ‘ahlan wa sahlan’ untuk menyambut Ramadhan,” tegas Biyanto. Selanjutnya, dosen pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel Surabaya ini menjelaskan mengapa kedatangan Ramadhan tidak menggunakan istilah ahlan wa sahlan.
“Kata ahlan wa sahlan itu berarti jalan yang mudah, dari kata sahl. Sementara marhaban bermakna jalan yang luas dan mendaki,” begitu jelas penulis buku “Ritual yang Terbelah: Mewaspadai Penyakit Keagamaan Kekinian” itu tentang perbedaan makna tekstual dua istilah tersebut.
Karena marhaban bermakna jalan yang luas dan mendaki, tambah Biyanto, maka dibutuhkan kesiapan diri bagi siapa pun untuk menyambut Ramadhan. “Ibaratnya, Ramadhan itu sebagai tamu yang agung. Jadi tidak semua orang bisa bertemu dan ditemui. Hanya orang-orang yang beriman dan penuh pengharapan saja yang bisa menangkap makna Ramadhan,” demikian Biyanto mengilustrasikan.
Marhaban Ramadhaan, bukan ahlan wa sahlan yaa Ramadhan. (redaksi)