PWMU.CO – Saat ini ada perubahan mendasar cara pandang Muhammadiyah terhadap politik. Jika pada dua dekade yang lalu warga Muhammadiyah memandang politik itu seolah-oleh sesuatu yang kotor, tapi kini mereka memandang lebih representatif dan cukup objektif, bagaimana menempatkan Muhammadiyah dan politik.
Pernyataan itu disampaikan dosen FISIP Universitas Muhammadiyah Sidoarjo Dr Sufyanto MSi dalam acara Dirasah Islamiyah Lil Zu’ama Pimpinan Daerah Muhammadiyah Gresik bertema “Strategi Dakwah Politik untuk Memajukan Masyarakat yang Berkeadilan”, di Gedung Dakwah Muhammadiyah, Ahad, (6/5/18).
“Saya kira ini perkembangan yang sangat menggembirakan bagi Muhammadiyah sendiri,” ucapnya. Sebab, menurut mantan Ketua Bawaslu Jatim ini, keputusan politik itu, mau tidak mau, mengikat pada semuanya, termasuk Muhammadiyah.
Apalagi, menurut Sufyanto, sekarang ini juga terjadi pergeseran politik secara mendasar di Indonesia. “Sekarang ini politik itu bergeser. Ada perubahan yang sangat mendasar. Kalau di era Order Baru poitik dimaknasi secara abstrak. Bahkan politik itu cenderung, apa, seolah-olah: seolah-olah ada politik, seolah-olah ada pemilu. Tapi sebenarnya politik dan pemilu itu by design. Jadi nanti siapa yang jadi presiden, siapa yang jadi anggota DPR, siapa yang jadi menteri sudah nampak,” ungkapnya.
Nah, sambungnya, kalau sekarang bergeser. Politik itu the real. Politik itu nyata. “Jadi orang tidak bisa memprediksi siap yang nanti jadi gubernur, siapa yang menjadi bupati, siapa yang menjadi anggota DPR-nya. Siapa yang yang jadi pemenang pemilu,” jelasnya.
Dalam the real politic yang tidak bisa ditebak itu bisa saja akan melahirkan pemimpin yang tidak memiliki kompetensi. Padahal, apapun kebijakan yang dilahirkan oleh pemimpin politik—apakah dia orang bodoh atau jahat—keputusannya akan mengikat. Karena itulah, menurut dia, politik itu menjadi penting diterjuni.
Sufyanto mengatakan, politik itu sebenarnya sama dengan dakwah. “Dakwah itu kan memikirkan nasib orang lain, bagaimana nasib orang lain itu menjadi baik,” jelasnya.
Menurutnya politik juga seperti itu. Cuma perbedaannya, kalau politik itu memikirkan nasib orang lain melalui kerja-kerja struktur negara. Karena itu Sufyanto mendorong agar orang-orang baik seperti warga Muhammadiyah, untuk terjun dalam politik.
Dengan diisi oleh orang-orang baik, maka kebijakan politik yang dihasilkannya akan baik pula. (Liesna)
Discussion about this post