PWMU.CO-Lazismu Ranting Karangagung menggelar kegiatan Gerakan Subuh Berjama’ah (GSB) di masjid Tawakkal Perguruan Muhammadiya, Sabtu (12/5/2018). Kegiatan ini dilakukan bekerjasama dengan Majelis Tabligh Pimpinan Ranting Muhammadiyah Karangagung, Kecamatan Palang, Kabupaten Tuban.
Ketua Majelis Tabligh PRM Karangagung, Basuki Rahmat menyampaikan kegiatan GSB ini merupakan yang keempat belas kalinya dilakukan. Dan GSB kali ini, terang Basuki Rahmat, dilaksanakan dengan menghadirkan Sekretaris PP Muhammadiyah, Dr. Abdul Mu’ti, M.Ed sebagai penceramah. Di hadapan jamaah, dosen UIN Walisongo ini menyampaikan tentang syarat-syarat menjadi pekerja yang sholeh.
”Bekerja yang sholeh itu pertama bekerja yang mengharapkan ridho dan ikhlas karena Allah,” ujar Abdul Mu’ti di hadapan jamaah GSB.
Yang kedua, lanjut Andul Mu’ti, kaifyiyah dalam dia bekerja sesuai dengan tuntunan Allah Swt. Ketiga, kata dia, dalam dia berkerja harus ada unsur maslahatnya, harus ada unsur manfaatnya. “Kemudian yang keempat, dalam bekerja harus ada islahnya, ada pembaharuannya harus ada peningkatannya. Kerja yang meningkat itu dari waktu ke waktu terus membaik,” terang Abdul Mu’ti
Dikatakan, Indonesia ini merupakan negara yang dikaruniai oleh Allah dengan kekayaan luar biasa. Jika orang itu bekerja dengan islah (pembaharuan), maka cara dia menjadi nelayan makin maju, cara dia menjadi petani semakin maju. Dia lalu menerangkan tentang orang yang bekerja dengan ilmu dan orang yang bekerja tanpa ilmu dengan mengambil contoh kuli panggul dan dokter bedah
“Bedanya kuli panggul dengan dokter bedah adalah, kuli panggul itu kalau ngangkat batu, kira-kira lima kuintal, bayarannya lima puluh ribu rupiah, sedangkan dokter bedah mengangkat batu bayarannya puluhan juta,” tutur dia.
Dia kemudian mengingatkan jamaah dengan mencontohkan lagi pada blok Cepu.Dikatakan, dulu ketika Pertamina melakukan eksplorasi pada blok Cepu, disimpulkan kalau blok Cepu tidak ada minyaknya. Tetapi ketika orang Amerika melakukan penelitian pada blok Cepu diketahui ternyata persediaan minyaknya melebihi persediaan minyak di Aceh dan Kalimantan. “Karena apa? Karena orang punya ilmu, jika tidak punya ilmu, ya sudah, apa-apa tidak bisa, apa-apa tidak sanggup. Karena itu, rizki manusia sebagian tergantung pada ilmunya,” tambahnya
Menurut dia, Allah Swt itu membentangkan rizki-Nya kepada orang yang dikehendaki. Konsep ini, terang dia, bukan berarti orang-orang yang dibentangkan rizkinya itu leha-leha, terus tiba-tiba kaya. Orang yang dikehendaki bermakna mengikuti hukum dan ketentuan Allah. “Karena orang itu diberikan Allah Swt rizki luas, rizki melimpah, yang halalan, toyiban wa mubarokan itu mengikuti ketentuan Allah,” tuturnya.
Oleh karena itu, lanjut dia, hendaklah dalam bekerja, beramal sholeh harus ada islahnya, harus ada penigkatannya, harus ada perbaikannya. “Inilah yang senantiasa terus dibangkitkan oleh Muhammadiyah,” ucap dia.
Menjawab pertanyaan salah seorang ibu tentang serbuan tenaga kerja asing dari Cina di Indonesia dan bagaimana dengan nasib anak bangsa? Abdul Mu’ti mengatakan berdasarkan peraturan pemerintahan sebelumnya bahwa orang asing bekerja di Indonesia itu harus memenuhi tiga syarat.
Pertama, kata dia, karena keahliannya. Artinya, keahlian orang itu memang belum dimiliki oleh bangsa Indonesia. Yang kedua, orang ahli dari luar yang bekerja di Indonesia harus ada yang namanya transfer of expertice. Jadi, kalau dia bekerja di sini, dia harus mengajari orang Indonesia supaya bisa punya keahlian seperti mereka. Ketiga, disyaratkan dia harus menguasai bahasa dan budaya Indonesia. “Tidak tahu bagaimana, tiba-tiba keluar peraturan presiden yang kemudian, tiga hal itu sepertinya tidak diatur. Rupanya, usut punya usut, ada istilah tidak ada makan siang gratis. Maksudnya, tidak ada orang memberi tanpa ada imbal baliknya,” beber dia.
Dia juga mengatakan bahwa Indonesia ini lagi butuh membangun, lagi butuh investasi karena tidak punya duit. “Hutangnya tidak karuan, maka ada guyonan bahwa bayi yang nangisnya paling keras di dunia adalah bayi Indonesia, karena begitu bayi lahir langsung nangis dan nagisnya semakin kencang saat mengetahui bahwa dia menaggung hutang empat puluh juta,” pungkasnya. (Iwan Abd Ghani)