PWMU.CO – Setelah sekitar 40 hari, program Kuliah Kerja Nyata Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat (KKN-PPM) mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) berakhir. Salah satunya di Desa Jodipan, Kecamatan Blimbing, kampung yang dikenal sebagai Rio de Jenairo-nya Indonesia itu. Penutupan KKN berjalan dengan meriah dan berwarna-warna sesuai dengan tema desa tersebut.
KKN bertemakan “Sadar Budaya Sejak Usia Dini” itu ditutup dengan acara pentas seni, (11/5). Dibuka oleh dengan tarian Manuk Dadali yang diperankan oleh anak-anak Jodipan sendiri, penutupan KKN Kelompok 7 ini disambut meriah warga setempat. Malam itu, Desa Jodipan yang berwarna-warni makin berwarna-warni dengan lampu sorot yang mengiringi pentas seni.
“Kami sangat berterima kasih kepada masyarakat Jodipan dan anak-anak yang telah berkontribusi dalam program yang telah dicanangkan sehingga bisa selesaidan sukses. Sebagai puncaknya, malam ini kita menyelenggarakan pentas seni ini,” kata Koordinator desa (kordes) KKN-PPM UMM kelompok 7, Muhammad Yahya.
Dalam kesempatan itu, Yahya juga melaporkan banyak kegiatan yang telah dilaksanakan selama KKN. Di antaranya penyuluhan kesehatan tentang kanker payudaya dan sanitasi lingkungan. “Juga pengenalan dan pengembangan pendidikan kebudayaan.”
Ketua Rukun Warga (RW) Parin, mewakili warga menyatakan kegembiraannya dengan kedatangan KKN mahasiswa UMM di lingkungannya. “Kehadiran mahasiswa KKN di kampung Jodipan merupakan hal yang sangat dinantikan oleh warga. Dan berkat adanya KKN-PPM UMM, masyarakat Jodipan mampu untuk berdaya dan lingkungan kampung disulap menjadi lebih baik.”
Sementara Dosen Pembimbing Lapang (DPL) KKN DR Masduki, menyatakan pentingnya pembangunan masyarakat. “Pembangunan masyarakat sangatlah penting. Kesuksesan adalah milik semuanya, bahkan anak yang hidup di bantaran sungai. Saya berharap dengan adanya mahasiswa akan menyuntikkan semangat, serta membangun masyarakat yang lebih baik dengan pendidikan dan karakter.”
Penutupan KKN dengan pentas seni merupakan cara mahasiswa untuk mengenalkan dan menanamkan cita budaya bagi anak-anak. “Pentas seni yang digelar ini menjadikan adalah media bagi anak untuk mengenal dan jauh mencintai budaya,” tegas Yahya. Harapannya, masyarakat mampu bertahan dengan identitas kebudayaannya dan menjadikan budaya sebagai filter agar tidak tergerus terpaan arus globalisasi. (M. Candra Toni P dan Wiwit Naning C)
Foto-foto kegiatan tersebut adalah sebagai berikut: