PWMU.CO – Baru terbentuk sekitar 3 bulan yang lalu, tapi tak menyurutkan tekad Pengurus Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) Griya Panji Mulya (GPM) Kabupaten Situbondo untuk menyelenggarakan shalat tarawih pada Ramadhan 1439 H. Sejak Rabu pagi, (16/5), para pimpinan PRM GPM memulai kerja bakti di teras belakang rumah ketua ranting. Dalam hitungan setengah hari, teras rumah itu berhasil disulap menjadi tempat shalat semi permanen.
Ketua PRM GPM Ayik Ipmawan ST menyampaikan rasa syukurnya persiapan shalat tarawih bisa selesai. “Alhamdulillah persiapan berjalan lancar. Semoga pelaksanaan tarawih yang pertama ini bisa sukses. Kami juga berterima kasih kepada Bapak H. Imam Zuhri selaku Penasehat PDM Situbondo yang telah membantu menyusun jadwal imam dan penceramah selama Ramadhan,” ungkapnya sambil tersenyum.
Bertindak sebagai imam pada shalat tarawih hari pertama adalah Sholikhul Amin SAg, pengasuh Panti Asuhan Muhammadiyah (PAM) Tunas Melati Kapongan – Situbondo. Setelah shalat bakdiyah isya, Sholikhul menyampaikan tata cara shalat tarawih. Di antaranya adalah jumlah rakaatnya yang lebih sedikit, meski durasi waktunya terkadang lebih lama.
Dalam kultumnya, pria asli Paciran Lamongan ini memotivasi jamaah untuk tidak minder. “Tidak perlu minder, karena shalat tarawih dengan jumlah 11 rakaat itu banyak yang melakukannya,” ujar Sholikhul.
“Saya dulu pernah ngimami di rumah dokter Kuswardoyo, malah tempatnya di ruang tamu. Jadi, tetap diteruskan, tidak usah ragu-ragu. Nanti bisa bertambah dengan mengajak suami atau istri, anak, saudara dan tetangga,” tegas pria yang juga staf pengajar di SMA Muhammadiyah 1 Panji.
“Karena hari pertama, saya hanya mengingatkan beberapa hal tentang puasa Ramadhan. Syarat wajibnya yaitu Islam, baligh, berakal, sehat dan tidak berhalangan (bagi perempuan). Kemudian syarat sahnya, yakni niat dan menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa dari terbit fajar hingga tenggelamnya matahari,” terang pria yang juga anggota LPCR PDM Situbondo ini.
“Dan yang tidak kalah penting, hindari hal-hal yang bisa mengurangi atau menghilangkan pahala puasa, seperti ngrumpi atau ghibah, berkata kotor. Upayakan juga untuk bisa menjaga penglihatan dan pendengaran dari hal-hal yang tidak baik,” pesan Sholikhul menutup kultumnya. (sugiran)