PWMU.CO – Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jatim KH M Saad Ibrahim menyatakan, mayoritas dan minoritas itu hanya soal tempat.
“Muhammadiyah juga memiliki pengalaman dalam persoalan mayoritas dan minoritas, terutama yang ada di Indonesia Timur. Karena itu, masing-masing harus membangun empati dan simpati pada sesama.”
Pernyataan itu dikemukakan Kiai Saad—sapaannya—saat berkunjung ke Kantor Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) Wilayah Jatim, Jalan Ngemplak 30, Ambengan Plaza Blok B-38, Surabaya, Kamis (17/5/18).
Ikut dalam rombongan PWM Jatim adalah Tamhid Masyhudi (Sekretaris), Hidayatulloh dan Samsuddin (Wakil Ketua), Sukadiono (Bendahara), serta Biyanto (Wakil Sekretaris).
Dalam kunjungan itu, Kiai Saad menyampaikan empati pada pemeluk Kristen, terutama korban bom bunuh diri di beberapa gereja, Ahad (13/5/18) lalu.
Ketua PGI Jatim Pendeta Simon Filan Tropha menyatakan terima kasih atas empati Muhammadiyah pada korban insiden terorisme pada sejumlah gereja di Surabaya. Dia pun mengajak Muhammadiyah dan elemen civil society lainnya untuk secara jujur melihat realitas potensi konflik di masyarakat.
“Jatim ini punya sejarah panjang dari rangkaian peristiwa konflik bernuansa SARA. Dari peristiwa bom bunuh diri di Surabaya, kini sebagian orang jadi takut dengan ibu-ibu yang berjilbab,” ujarnya.
Menurutnya, tugas tokoh agama sekarang sedang diuji. Apalagi jika radikalisme dan terorisme dikait-kaitkan dengan agama.
Dalam kesempatan itu, PWM Jatim dan PGI Surabaya ingin menjalin kerjasama lintas agama untuk menyapa korban terorisme melalui kegiatan trauma healing dan pendampingan yang berkelanjutan.
Sebelum berkunjung ke Kantor PGI Jatim, rombongan PWM juga bertamu ke Keuskupan Surabaya. Isi perbincangan dua elemen keagamaan di Indonesia ini bisa dibaca dalam tautan: Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jatim Kunjungi Keuskupan Surabaya. (Bi)