Suatu hari, ada salah seorang karib kerabat bercerita tentang body mobil zaman sekarang. Beliau adalah orang ekonomi dan paham dunia industri. Katanya, mobil sekarang bodinya terbuat dari campuran logam dan pelepah tebu. Sehingga lebih lunak dan mudah dibentuk aero dinamis.
Ditambah lagi dengan teknologi press body yang nyaris tak memakai dempul mempermudah pembentukan mobil yang aero dinamis. Cerita kerabat itu ternyata fenomena ilmiah. Sebagai jebolan “tak berijazah” dari Sekolah Teknik Menengah Muhammadiyah (waktu itu pindah meneruskan dirasah ke Madrasah Aliyah), penulis mencoba melakukan pengamatan kecil-kecilan.
Kalau kita lihat mobil-mobil sekarang yang berteknologi press body (bodi mobil lebih tipis) memang bentuknya aero dinamis dan lekukannya banyak lagi terlihat fleksibel, dibanding mobil-mobil tahun era 80-90-an yang terkesan kaku, kotak dan sangar. Sedangkan mobil zaman sekarang terkesan terlihat seperti kapsul.
Namun, yang menjadi kelemahan adalah bodi mobil sekarang tak sekuat mobil era dulu. Hal ini dapat dimaklumi karena mobil era 80-90-an bodinya terbuat dari logam murni ditambah lagi dengan teknologi dempul yang masih lumayan tebal, sehingga lebih keras, dan lebih tahan terhadap benturan. Kesimpulan dari hasil pengamatan ini juga didukung oleh para ahlinya.
Bila ingat cerita ilmiah dan pengamatan kecil ini, terkadang saya menganalogikan dengan keadaan pakaian sekarang. Ya, ternyata tekonologi press body tidak saja diterapkan pada mobil, namun juga “pakaian manusia”, khususnya bagi kalangan wanita, baik dari anak-anak, remaja, sampai ibu-ibu (nggih punopo nggih mbak-mbak kaliyan ibu-ibu?!).
(Baca: Bagaimana Tuntunan Puasa Sya’ban? dan Bagaimana Tuntunan Puasa Rajab?)
Tanpa kita amati, di sekitar kita pakaian berteknologi “press body” kian menjamur bak jamur yang tumbuh di musim hujan. Bedanya pertumbuhan pakaian “press body (ketat)” dengan pertumbuhan jamur adalah, kalau pakaian “press body” tumbuhnya kapan saja, entah musim penghujan ataupun kemarau, musim panas atau musim dingin. Sedangkan jamur biasanya tumbuh beranak pinak di musim penghujan saja.
Pakaian “press body” dengan segala modelnya memang baru menjadi sebuah trend. Walaupun, fenomena ini juga dibarengi dengan tumbuh suburnya hijab syar’i di kalangan wanita. Kapasitas saya di sini bukan sebagai pengamat fashion, tapi perlu saya perjelas lagi, tanpa diamatipun, fenomena ini mengalir begitu saja di tengah-tengah keseharian kita.
Saya kira, para pembaca yang budiwan dan budiwati akan sependapat dengan saya. Pakaian ‘’press body” ternyata tak hanya sebatas pada pakaian mini yang memperlihatkan atau menampakkan aurat wanita, namun juga pakaian macam jilbab atau pakaian yang panjang tapi ketat, maupun tipis, sehingga pada akhirnya menampakkan aurat juga, dan jauh dari aturan tata cara berpakaian menurut agama.
Selanjutnya, halaman 2