PWMU.CO-Kita wajib bersyukur kepada Allah Swt karena masih dipertemukan dengan bulan Ramadhan, syahru mubarok, bulan yang diangan-angankan para sahabat dan Nabi Muhammad Shollawahu alaihi wasallam. Bahkan Nabi senantiasa berdoa Allahumma bariklana firojab, bariklana fi syakban, waballighna Ramadhan.
Penggalan kalimat ini disampaikan ustadz Ainur Rofiq, Lc. mengawali kultum subuh di Masjid An-Nur Muhammadiyah Sidoarjo, Ahad (20/5). Menurut Ainur Rofiq, bulan ramadhan menjadi kado terindah bagi ummat Islam, sehingga perlu disambut dengan gembira dan suka cita. “Idza jaat Ramadhan futihat abwabal jannah (Bila bulan Ramadhan datang, Allah membuka pintu-pintu surga, Red),” jelas Ainur Rofiq serius.
Bulan ramadhan, tambah dia, membuka kesempatan untuk beramal sholeh sebanyak-banyaknya. Karena, kata dia, bulan ramadhan itu adalah ghulibat abwabinnar atau ditutup pintu neraka sehingga setan tidak bisa mengganggu manusia. “Sungguh sangat keterlaluan apabila di bulan Ramadhan, kita masih melakukan keburukan,” tutur pengasuh Pondok Al-Fattah Buduran ini.
Dalam kesempatan itu, dia meminta jamaah untuk benar-benar memanfaatkan datangnya bulan suci ramadhan. Artinya, lanjut dia, menjalankan puasa bukan hanya sebatas menahan lapar dan haus, tetapi benar-benar soumul jawarih atau puasa seluruh anggota tubuh. “Apa maksud puasa seluruh anggota tubuh?” tanya dia.
Dia kemudian menjelaskan. Pertama, kata dia, soumul bashor atau puasa mata. Mata juga harus ikut berpuasa dari hal-hal yang tak pantas dipandang, apalagi bisa mempengaruhi syahwat. Kedua, lanjut dia, assoumul junnah atau puasa adalah taming. Berpuasa berarti menjaga diri dari hal-hal yang membatalkan puasa atau yang mengurangi pahala puasa. Ketiga, kata dia, soumul samik atau puasa pendengaran. Berpuasa dari mendengarkan ghaibah atau pergunjingan. “Jika ada teman yang mengajak bergunjing, katakanlah inni soimun, sesungguhnya saya lagi puasa,” terang pria yang akrab disapa ustadz Rofiq ini sambil mengedarkan pandangnannya.
Keempat, tambah dia, soumul lisan atau puasa lisan. Tidak berucap kecuali ucapan yang bagus, kalimat-kalimat yang bagus, perkataan mulia. Hindari perkataan buruk, apalagi kotor. Kelima tangan dan kaki juga puasa banyak berdzikir kepada Allah bukan pergi ke tempat yang tidak bermanfaat, atau tangan hanya banyak digunakan main di android. Sebagaimana para malaikat, kata dia, perilaku para malaikat adalah berdzikir dan beribadah kepada Allah Swt. Kalau seseorang berpuasa, jadilah seperti malaikat, perlakunya banyak dzikir dan beribadah. bukan hanya tidak makan, tidak minum.
Keenam, kata dia, soumul qolbi atau menjauhi penyakit hati. Riya’ melakukan sesuatu bukan karena Allah, tapi ingin dipuji. “Nabi pernah bersabda, sesuatu yang paling ditakuti terjadi pada umatku adalah syirik kecil. Apa itu syirik kecil? Riya’,” beber pengasuh kajian hadits Masjid An-Nur.
Penyakit hati selanjutnya, kata dia, adalah alhasad, senang lihat orang lain susah, susah lihat orang senang. Senang lihat saudaranya mendapat kemudhorotan dari Allah. Jauhilah sifat hasad karena hasad akan menghapus kebaikan sebagaimana api membakar kayu bakar
Penyakit ketiga adalah alkibar, sombong. Tidak mau menerima kebenaran dan meremehkan orang lain. Kisah iblis yang tak mau sujud ketika diperintahkan sujud kepada Adam, ia tidak mau karena merasa lebih hebat dari Adam. “Padahal segala sesuatu ditentukan oleh amalnya. Walikullin darojat mimma amilun,” pungkas ustadz Rofiq. (R6)